Category Archives: agak islami

Merencanakan Pendidikan untuk Sang Anak

blogDalam dienul Islam, merencakan pendidikan untuk sang anak bukan hanya sekedar dimana anak tersebut akan disekolahkan, pertimbangan biaya yang harus dikeluarkan, ataupun dengan siapa kelak ia akan bergaul di sekolah. Ketika seorang muslim sudah berazzam untuk membangun rumah tangga, pada hakekatnya ia sudah memulai merencanakan pendidikan untuk buah hati nya kelak, Rosulullah bersabda “ Pandai-pandailah memilih tempat untuk sperma kalian. Nikahilah wanita-wanita yang setara, dan nikahkanlah mereka“-HR Ibn Majah-.

“Hak yang paling pertama yang harus didapatkan oleh seorang anak, yaitu ia berhak mendapatkan seorang ibu yang  taat beragama, selalu menjaga kesucian diri, cerdas dalam menyelesaikan urusan , dan mempunyai akhlak yang baik” ucap abul hasan Al-mawardi (wafat 1058 M) ketika menjelaskan hak anak kepada khalifah saat itu. Setelah kedua pasangan ini bersatu dengan pernikahan, proses perencanaan pendidikan terus berlanjut, islam menganjurkan kepada pasangan yang hendak berhubungan badan  untuk berdoa “ Ya Allah jauhkanlah kami dari campur tangan syaitan dan jauhkan pula syaitan dari apa-apa yang Engkau karuniakan kepada kami (HR.Al-bukhori),  karena bagi seorang muslim hubungan suami istri bukanlah sekedar pelampiasan hawa nafsu semata, tetapi di dalamnya ada dorongan ibadah untuk mencetak anak didik yang siap menegakkan agama Allah di muka bumi, tidak heran Al-Hafidz Ibnu Hajar (wafat 1448 M) menjabarkan dalam kitabnya Fathul Bari ” Barang siapa yang meniatkan dalam hubungan suami istrinya untuk mencetak generasi pejuang di jalan Allah, maka ia mendapatkan pahala disebabkan niat tersebut walaupun seandainya dari hubungan badan tersebut tidak menghasilan anak”, dan jika seseorang memperhatikan urutan penulisan fiqh klasik, ia akan mendapatkan pembahasan pernikahan lebih didahulukan dari pembahasan jihad. Imam Mulla Al qori (wafat 1606 M) berusaha menjelaskan alasan urutan tersebut dalam kitabnya  Mirqotul Mafatih “Itu dikarenakan mencetak generasi yang beriman lebih baik dari pada sekedar membunuh orang yang kafir”.

Sedangkan dalam sistem pendidikan yang berkiblat kepada Barat, ia lebih mengutamakan perencanaan pendidikan yang kasat mata dan sekedar materi belaka, bagi mereka berhubungan badan sama sekali tidak perlu ada hubungannya dengan pernikahan, mempunyai anakpun mereka anggap bisa digantikan oleh adopsi. Sangat kering dari aspek spritual apalagi aspek akhirat. Maka tidak heran panti jompo di Amerika sangatlah laku keras, banyak para orang tua di Amerika menghabiskan waktunya di panti jompo dalam kesepian menunggu ajal tiba dengan alasan yang anak tidak ingin karirnya terganggu dengan mengurusi orang tuanya, fenomena ini terjadi karena orang tua di sana sejak kehadiran sang anak diantara mereka, keinginan orang tua hanya merencanakan pendidikan bagaimana sang anak sukses dalam hal materi, tanpa berpikir bahwa setelah kehidupan dunia ini, di sana ada kehidupan akhirat, yang mengharuskan anak berbakti dan mendoakan kepada orangtuanya baik selama ia masih hidup ataupun sudah tiada.

Sesungguhnya Allah akan menanyakan setiap pemimpin tentang apa saja yang ia pimpin apakah ia menjaganya atau menelantarkannya” sabda rosul yang diriwayatkan oleh Imam Nasaii, kemudian junjungan kita kembali meneruskan sabdanya “sampai sampai seseorang juga akan ditanya tentang keadaan keluarganya ” Seorang muslim yang baik harus benar benar sadar bahwa tanggung jawab pendidikan sang anak, utamanya adalah di pundak orang tua itu sendiri, kalau diibaratkan sang ibu adalah pengajar dalam sebuah sekolah maka sudah seharusnya sang ayah adalah kepala sekolahnya, tentu diwajibkan bagi kepala sekolah memilih pengajar yang baik dalam sebuah sekolah tersebut, menentukan kurikulum yang seharusnya diajarkan untuk anak didik dan itu semua demi suksesnya proses pendidikan yang bermuara kepada tercetaknya anak anak solih, jadi berperan sebagai kepala sekolah bukan sekedar menyalahkan kepada pengajar yang dianggap tidak becus dalam mendidik, tetapi ia selalu mempunyai rasa tanggung jawab yang kepada anak tersebut daripada siapapun juga.Mari bersama sama kita mencoba untuk mencontoh Luqman Al-hakim seorang yang diabadikan Oleh Allah dalam Al-Quraan karena kebijaksaanyapun menjadikan peserta didik yang paling utama adalah Anaknya sendiri, karena ia mengetahui bahwa buah hatinya lebih berhak untuk ditulari kebijaksanaan dari pada siapapun, dan karena kebahagian yang hakiki adalah di saat kelak seluruh anggota keluarga berkumpul seluruhnya di Jannah Allah subhanahu wata’ala .

Resensi buku: Mental Liberal karya Abdul Aziz Athorifi

 

RESENSI BUKU

العقلية الليبرالية في رصف العقل و وصف النقل

MENTAL LIBERAL DALAM MENEMPATKAN AKAL DAN MENDESIKRIPSIKAN NAQL

 

Judul buku :    العقلية الليبرالية في رصف العقل و وصف النقل

Mental Liberal Dalam Menempatkan

Akal Dan Mendesikripsikan Naql

Penulis                         : Abdul Aziz Athorifi

Bahasa                        : Arab

Penerbit                       : Darul Minhaj Riyadh, Saudi

Arabia

Tahun terbit               : Cetakan ke IV tahun 2011

Jumlah halaman           : 270 Halaman

10762435

 

Di usianya yang masih muda (39 tahun) Abdul aziz Athorifi termasuk seorang penulis produktif, buku mental liberal ini diterbitkan ketika ia berumur 36 tahun, tentu buku ini bukan buku pertama yang ia tulis, tercatat ketika buku ini keluar , ia adalah buku ke 16 dari karya karyanya yang lainnya dari berbagai macam bidang seperti akidah, hadist, fiqh, dan juga tidak lupa pemikiran modern, sangat terlihat di dalam buku yang ke 16 ini ia menjabarkan alur pemikiran liberal dengan mengalir, menikmati penjabarannya sampai membuat kita tidak terpaksa membaca buku ini sampai habis. Ini tidak mengherankan karena selain ia penulis, ia juga sangat mendalami pemikiran liberal yang mulai merongrong di negara Saudi Arabia dengan keikutsertaannya dalam acara televisi yang membahas tentang pemikiran kontemporer yaitu “شرعة و منهاج” sebagai pembicara tetap, juga mempunyai kajian masjid rutin tentang liberal dengan tema “tafsir Al-quraan yang sering diselewengkan kaum liberal”.

Secara garis besar, buku ini berbicara tentang tabiat jiwa seseorang dalam berinteraksi dengan pemikiran pemikiran, kemudian sebab sebab yang dapat menghalangi akal untuk menyimpulkan kenyataan yang benar, lalu perjalanan panjang terbentuknya faham liberal, dan yang terakhir pokok pokok pemikiran yang dijadikan sandaran kaum liberal.

Athorifi memulai bukunya dengan menyatakan bahwa wahyu sudah menjelaskan bahayanya penyakit terburu buru menghukumi sesuatu, sikap ujub dan congkak terhadap Akal sehat. Kesalahan akal dalam menilai karena rusak input, alat ukur juga faktor faktor yang lainnya. Apabila Akal selamat dari penyakit penyakit tersebut maka itu adalah karunia Allah yang tidak bisa ditandingi sesuatupun.

Penulis buku tersebut menjanjikan bahwa buku ini ditulis tanpa memaksakan, ia akan membuat jalan yang mudah untuk difahami dan itu sudah menjadi kewajiban penulis, sedangkan bagi pembaca tinggal memilih untuk terus berjalan atau meninggalkan jalan itu dengan berbagai alasan klasik.

Penulis menjelaskan tentang kekuatan akal, dan kelemahannya, akal bisa disesatkan, bisa ditipu, dan bisa terbius hawa nafsu, dengan mengalir sang penulis menyisipkan ayat ayat Al-Quraan tentang contoh kesalahan yang berulang ulang pada akal, agar kita tidak semata mata bersandar pada akal semata, lain halnya dengan liberal. Menurut penulis, pemikiran liberal yang dimulai hanya dengan akal diakhiri dengan akal pasti akan terkena kesalahan kesalahan fatal ketika ia dalam proses berfikir, tanpa ia mau untuk menyadari, karena pemahaman liberal sama sekali tidak mempunyai perhatian dengan ikatan bathin, hanya percaya sesuatu yang tampak.

Sedangkan pemikiran Liberal sendiri berdiri dengan sebuah kepercayaan bahwasanya setiap orang berhak untuk memilih bagi dirinya sendiri apa yang ia inginkan baik itu dien, tata krama, pemikiran, pendapat, juga perbuatan apapun itu walaupun itu menyimpang dari tabiat manusia, walaupun yang lain menyelisihinya, setiap dalam hak yang sama untuk menerima keberadaan orang lain yang berbeda.

Dari konsep di atas tadi, Athorifi mulai mengupas satu persatu dari pernyataan tersebut, baik dari latarbelakang apa yang menyebabkan pemikiran liberal timbul?, apa sebab masih eksisnya pemikiran liberal hingga saat ini?, apa dampak dari pemberian kebebasan secara muthlak?, di batas mana syariat menghargai kebebasan? Dan sang penulis juga menjelaskan hubungan fitrah dan syahwat dan hubungannya baik buruknya untuk akal, juga menjabarkan pokok pemikiran liberal.

Penulis berpendapat nama yang pas untuk para kaum liberal adalah “assudawiah” meminjam istilah al-quraan

 

Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja? (QS:Al-Qiyamah 36)

Karena para ahli tafsir mengatakan bahwa kata “السدي” adalah bebas tanpa diperintah dan tanpa dilarang, sebagaimana yang penulis kutip dari pendapat Imam Syafii, dan istilah ini sangat pas bagi para liberal yang ingin kebebasan mutlak tanpa ada ikatan apapun dari sang Kholiq.

Adapun latar belakang muculnya liberalisme, Athorifi menjelaskan panjang lebar hingga menghabiskan 32 halaman, secara umum ia menjelaskan liberalisme dan Marksime lahir dari satu rahim yaitu sekularisme, dan sekularisme paham yang menjauhkan sesuatu yang bernafaskan agama dalam urusan dunia, kemudian Athorifi mulai menjabarkan asal mula faham tersebut. Dimana dalam sistem keKristenan disana ada dua  istilah yang pertama adalah  “كهنوت”  rijaluddin mereka adalah sebagian kecil dari pemeluk Kristen yang ada, namun menganggap dan harus dianggap sebagai orang yang mempunyai hubungan langsung dengan tuhan juga penyambung bagi orang orang awam, konsekwensi dari ini semua mengharuskan orang selain mereka terikat dari segala lini, baik dari pernikahan, pernyataan dosa, penguburan ketika kematian, semua tidak sah kecuali disana ada campur tangan dari rijaluddin.

Kemudian yang kedua adalah orang orang awam, yaitu orang selain rijaluddin, terlepas dari orang tersebut kaya, miskin, pintar, bodoh, semua dimasukkan dalam golongan kedua, jadi sejak awal sistem keKristenan di Barat, sudah menjadi lahan subur bagi sekularisme, setidaknya untuk golongan awam menyimpan dendam kepada mereka yang selalu mengaitkan sesuatu dengan agama.

Di sela sela penjelasannya tentang kebobrokan sistem Kristen (yang notebane nya adalah agama yang sudah diselewengkan), Athorifi memaparkan keistimewaan Islam jernih dan jauh dari penyelewangan, seseorang boleh menikah jika  dihadiri oleh wali dan saksi (tidak perlu harus orang yang istimewa seperti dalam ajaran Kristen), seseorang boleh beribadah di masjid manapun, dikubur oleh siapapun, bertaubatpun semua orang muslim berhak langsung meminta ampun kepada Allah tanpa perantara siapapun.

Kemudian ia mulai menjelaskan perpecahan agama Kristen lebih dalam, menurutnya Kristen sempat terbagi menjadi 3 kelompok besar Ortodox, Katolik, dan Arius. Adapun arius masih mengandung ajaran ajaran yang lurus, namun pada akhirnya kelompok ini hilang dan yang tersisa dari ajaran Kristen baik Ortodox maupun katolik  yang keduanya sangat jauh dari apa yang diajarkan oleh Isa Al-masih dan tidak terlepas dari kemusrikan, disaat inilah banyak kedholiman dan kejahatan yang di buat oleh rijaluddin selalu dinisbatkan ke agama, dan ini membuat dendam para kalangan rijalul fikr yang ingin melakukan pembaharuan terhadap agama Kristen, maka muncullah Kristen Protestan yang banyak melakukan reformasi terhadap gereja dan membuat injil tidak hanya di miliki oleh para pendeta, sampai sampai Athorifi beranggapan bahwa martin luther mempunyai cara alur berpikir yang benar di satu sisi yaitu  pembebasan akal dari khurafat, namun meninggalkan sisi lainnya yaitu penegakkan hukum yang ada di kitab mereka dan ketidak berimanan kepada Nabi muhammad. Pergolakan di agama Kristen terus berlanjut, hingga datangnya Jean Jacques Rousseau dan Voltaire membuat perubahan besar besaran dalam sistem mulai dari Prancis dan akhirnya menyebar di Eropa, dan mulai menuhankan akal dan kebebasan, disinilah Barat mulai berlebihan dalam menilai akal dan kebebasan hingga dampaknya munculnya liberalisme yang sangat akut, dalam penjelasannya yang panjang lebar penulis juga banyak mengutip ayat Al-Quraan yang berhubungan dengan keadaan ahlul kitab, yang membuat para pembaca benar benar merasakan keadaan miris yang menimpa agama agama di umat terdahulu.

Setelah menjelaskan sejarah tentang penulis juga menyinggung liberal yang mulai menjangkiti negeri Arab, dan menyebutnya sebagai liberal yang pincang, karena liberal Arab tidak ingin dianggap memerangi agama Islam, namun selalu memaksakan pemikirannya diterima di kalangan Arab dengan berbagai macam cara. para liberal Arab ingin mencoba menggabungkan antara agama dan liberalisme, menurut Athorifi ini mudah saja dilakukan oleh agama yang sudah melenceng, tapi tidak bagi agama yang dijamin di jaga oleh Robb nya, karena disana ada ulama robbani yang selalu menangkal segala usaha penyelewangan, berdasarkan sabda Nabi

يحمل هذا العلم من كل خلف عدوله ينفون عنه تحريف الغالين وتأويل الجاهلين وانتحال المبطلين قال فسبيل العلم ان يحمل عمن هذه سبيله ووصفه

Ilmu (agama) ini akan dibawa oleh orang-orang terpercaya dari setiap generasi. Mereka akan meluruskan penyimpangan orang-orang yang melampaui batas, ta’wil orang-orang jahil, dan pemalsuan orang-orang bathil.

Sang penulis juga menjelaskan bahwa benih benih sikap kebebasan yang kebablasan sudah ada sejak zaman kaum yg didakwahkan para Nabi terdahulu, seperti kaum luth yang meminta kebebasan dalam orentasi seksualnya, kaum syuaib yang menyuruh Nabinya tidak ikut campur dalam masalah urusan perdagangan mereka, hingga kaum quraisy yang mengajukan kepada Nabi muhammad untuk mencoba coba dalam urusan memilih Tuhan mereka.

Penulis juga menjelaskan sebab keeksisan pemikiran liberal hingga sekarang, bukan dikarenakan kebenaran yang ada dalam pemikiran tersebut, tetapi lebih kepada kuatnya promosi pemikiran ini di segala lini, seseorang setiap harinya secara tidak sadar dicekoki oleh pemikiran ini, yang dibantu oleh hampir seluruh media yang ada, kemudian eksisnya pemikiran liberal juga sangat didukung dengan tidak maunya liberalisme dibenturkan dengan pemikiran yang lain. karena dasar mereka adalah kebebasan orang berhak memilih keyakinannya walaupun berbeda dengan apa yang masyarakat yakini, tidak ada benturan pemikiran inilah yang membuat liberalisme tetap eksis.

Pada dasarnya menurut penulis pemikiran liberal itu terlihat seperti tanpa kaidah yang tetap, maka seseorang bisa mendapatkan liberal mesir berbeda pemikirannya dengan liberal Syiria dan begitu seterusnya, namun sebetulnya di dalam liberalisme mereka Mempunyai garis garis besar yang seluruh kaum liberal satu barisan dalam pokok pokok pemikiran tersebut.

Pokok-Pokok Liberal

  1. Analisa Materi Mutlak
  2. Kebebasan
  3. Kesetaraan
  4. Egoisme

Yang menarik dari penulis adalah ketika menyebutkan pokok pemikiran tersebut, ia berpendapat bahwasanya pada dasarnya pemikiran ini adalah fitrah dan insting seorang manusia, akan tetapi kesemuanya itu harus tetap dibawah Syariat yang mengatur, agar tidak terjadinya keguncangan dan ketidakstabilan, dalam pembahasan ini sang penulis sama sekali tidak menafikan pemikiran tersebut sejalan dengan insting manusia akan tetapi yang dikritik oleh penulis penggunan berlebihan dari insting tersebut, membiarkannya liar dan tidak diatur dan menyebabkan ia berani berbuat nakal terhadap wahyu hingga melakukan penentangan terhadap penciptanya juga kepada syariat-syariat yang dibuatnya .

Di awal pembicaraan nya masalah analisa materi, Athorifi mengatakan analisa materi memang termasuk cara berfikir yang benar, jika ditempatkan pada porsi yang benar, ia memberi contoh bahwa indra pengecap (lidah) dalam menganalisa suatu rasa manis pahit dan asin mempunyai tingkatan yang berbeda disetiap bagian lidah tersebut, ada juga mereka yang sama sekali ditidak bisa merasakan rasa makanan, namun seseorang tidak bisa mengatakan mengatakan rasa pahit itu tidak ada karena hanya sekedar ia tidak bisa merasakannya, tetapi ia harus menyerahkan kepada mereka yang mengetahui rasa tersebut. begitu juga seharusnya akal kita bersikap terhadap sesuatu yang ghaib.

Lebih lanjut penulis mengatakan lebih mengedepankan analisa materi dari pada syariat adalah strategi pertama iblis dalam merayu adam dan hawa

Syaitan berkata, “Tuhan kamu tidak melarangmu dari mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang yang kekal (dalam syurga)”. Dan dia (syaitan) bersumpah kepada keduanya,”Sesungguhnya saya adalah termasuk orang yang memberi nasihat kepada kamu berdua,

Iblis seolah-olah menjadi penasihat Adam dan berusaha membenturkan sesuatu yang materi jelas di depan mata (menjadi malaikat dan abadi) dengan hikmah dari larangan Allah dalam menjauhi pohon tersebut. Pembenturan hasil materi dengan syariat sering dijadikan kaum liberal senjata untuk menyerang agama.

Penulis juga berpendapat dalam sebuah analisa materi sejatinya masih bisa tertipu, bisa disesatkan sebagaimana orang yang biasa hidup ditempat sangat dingin, ia akan merasa kepanasan jika tiba tiba hidup ditempat yang cuacanya sedang, begitu juga jika seseorang terbiasa hidup dikalangan yang mengaggap bugil adalah sebuah kewajaran, ia akan memvonis orang yang berjilbab adalah sesuatu yang ekstrim, dan banyak contoh contoh menarik lainnya yang disajikan oleh thorifi di buku ini. penulis juga mengatakan seandainya saja semua problem bisa diselesaikan dengan analisa materi maka tidak ada hikmahnya lagi Allah menurunkan para rosulnya, tugas rosul sejatinya membawa manusia menuju jalan yang lebih baik.

Sebuah pemikiran ini menurut penulis juga  menyebabkan seseorang berani menganggap tidak adanya qothiyatu dilalah dalam syariat Islam, menyepelekan ijma, dan akan selalu berusaha menghilangkan kesucian syariat dengan anggapan setiap orang bisa menganalisa nash nash alquraan sesuai dengan zamannya.

Kemudian penulis menjelaskan pokok pemikiran selanjutnya yaitu kebebasan, kebebasan yang digaungkan oleh liberal adalah kebebasan tanpa batasan ini yang dikoreksi oleh penulis. Pada dasarnya Islam tidak menghilangkan nilai kebebasan kebebasan adalah sebuah fitrah, dien ini membuat kebebasan itu menjadi teratur agar tidak menjadi kebebasan yang mengganggu. kalau seandainya seseorang mau membandingkan dari sesuatu yang dilarang oleh syariat dengan sesuatu yang dibolehkan, maka ia akan mendapatkan nisbah sesuatu yang dilarang sangatlah sedikit.

Athorifi menjelaskan bahwa kebebasan mutlak banyak berdampak buruk dalam peradaban Barat, seorang ayah tidak boleh mendikte anaknya dengan alasan kebebasan, seseorang yang meninggal tidak perlu mewariskan hartanya kepada keluarganya juga berdalil karena sang mayyit bebas melakukan apapun terhadap hartanya, sampai hilang ruh ikatan kekeluargaan yang ada di Barat sekarang.

Menurut penulis pemikir liberal selalu menyibukkan dirinya dalam mengkritik larangan larangan agama yang sedikit dari pada melihat keleluasaan yang diberikan syariat kepada dia, dan hak hak yang dianugrahi Allah kepadanya, sehingga selalu berfikir negatif terhadap agama dan selalu mengaggap penghalang baginya.

Padahal pada dasarnya tidak ada sebuah aturan dari semua sistem dunia kecuali disana ada larangan larangan yang sama sekali tidak boleh disentuh oleh warganya, demi terciptanya situasi yang kondusif, maka Islam sebagai agama yang terjaga sangatlah wajar jika memberi aturan agar kebebasan itu tidak menjadi kebablasan.

Dalam pembahasan persamaan, sejajar, penulis kembali mengatakan bahwa ingin kesejajaran adalah sesuatu yang fitrah bahkan seseorang ingin selalu meminta lebih dalam masalah haknya, dan meminta dikurangi dari kewajibanya. Islam mengatur sesejaran sedemikian rupa agar tidak merusak tatanan fitrah yang benar, karena melakukan persamaan dalam segala hal adalah sesuatu yang menyelisihi fitrah, Islam sangat memperhatikan ini, dalam hal warisan jatah wanita sejajar dengan wanita yang lainnya karena ia mempunyai hak dan kewajiban yang sejajar juga, begitu pula laki laki, ia mempunyai hak dan kewajiban yang sama karena ia seorang laki laki, disisi lain Islam menjaga fitroh membedakan sesuatu yang memang berbeda karena menyama ratakan di dalam beberapa hal malah akan menumbulkan permasalahan baru, maka seorang yang lebih kecil umurnya dianjurkan memberi salam lebih dahulu kepada yang lebih tua, yang sedikit kepada yang banyak, kemudian Athorifi juga mengatakan bahwa sikap membedakan yang memang beda sudah ada sejak dahulu, sebagaimana afalaton filosof yunan menjadikan perbedaan dalam hukuman dan kebijakan terhadap warga negara asli yunani dengan budak juga orang asing.

Pemikir liberal timur tengah selalu mengkritik masalah persamaan waris terhadap anak laki laki dan perempuan. Padahal merekapun sama sekali tidak pernah meyakini bahwa harta waris itu harus dibagi kepada keluarganya, karena yang berhak sepenuhnya menurut kaum liberal adalah orang yang meninggal tersebut.

Buku ini menjadikan kita sadar sikap terburu buru seseorang baik liberal ataupun lainnya, dalam menghukumi sesuatu dan terlalu cepat mengkritik syariat allah adalah sumber kesalahan yang sering terjadi. Padahal Allah Sang Pencipta lebih mengetahui apa yang lebih baik untuk hambanya.

Kelebihan Buku Ini

  1. Sang penulis diberi kelebihan dalam menjadikan pembaca terasa mengalir mengikuti jalan fikir penulis, jauh dari rasa bosan, juga bukan dengan bahasa yang menggebu gebu penuh emosi, tetapi dalam mematahkan syubhat syubhat liberal lebih kepada pemakaian logika dan akal sehat yang di dukung oleh wahyu juga atsar salafusholih.
  2. Banyaknya penggunaan permisalan yang nyata dalam setiap banyak problem problem yang dijabarkan oleh penulis, membuat para pembaca merasakan masalah dan solusi problem benar benar dekat.
  3. Ketepatan dan kejelian dalam beristidilal , baik dengan ayat Al-quraan maupun dengan hadist-hadist Nabi, yang kita tidak dapati dalam buku pemikiran Islam yang lain.
  4. Pemakaian tafsir Al-Quraan yang otoritatif yang kebanyakan mengambil dari tafsir athobari, menjadikan kita lebih dekat dengan para generasi terbaik ummat ini. Begitu juga banyaknya pemakaian hadist Nabi dalam buku ini, karena memang sang penulis sendiri jauh sebelum menulis buku ini sudah dijuluki “al Muhadist AsSyaab” (Ahli hadist yang masih muda).

Kekurangan Buku Ini

Penulis tidak banyak menyebut sumber ketika menjabarkan masalah yang berhubungan dengan liberalisme, baik itu tentang statement-statement yang dianggap penulis rancu dan kemudian ia bantah, ataupun itu tentang sejarah panjang liberal yang sudah seharusnya diberi catatan kaki agar para pembaca lebih merasa yakin dengan yang ia sedang baca. Di dalam bukunya setebal 270 halaman ini, setidaknya Athorifi hanya menyebutkan buku  “Pokok Pokok Politik Liberal” karya Jon Stewart Mel, buku “Pemikiran Arab Dalam Zaman Kebangkitan” karya Albert Hauroni, adapun dalam menukil ide filsafat terdahulu Ia banyak mengambil dari kitab تحقيق ما للهند من مقولة معقولة في العقل أم مرذولة karya filosof muslim Al-biruni (wafat tahun 1046 masehi).

Yang ditakutkan dari kekurangan ini adalah sang penulis bisa saja dituduh menisbatkan pemikiran kepada liberalisme, padahal kaum liberal sendiri berlepas diri dari pemikiran tersebut, atau para kaum liberal akan mengatakan “pemikiran dan alasan kami tidak segampang yang anda gambarkan di buku anda”.

Sedangkan bagi saya sendiri menganggap kekurangan tersebut tidak terlalu berpengaruh dalam bagusnya penulisan buku ini, karena di awal bukunya sang penulis sudah mengatakan “Tidaklah saya meninggalkan sesuatu dalam penulisan yang ada di buku ini kecuali saya ingin memutus ketamakan jiwa dan hawa nafsu, walaupun selain saya akan berpendapat bahwa dengan menulisnya akan lebih berguna”.

Resensi Buku : Muslimlah Daripada Liberal

 

1681-500x500

Buku ini adalah sebuah catatan perjalanan Dr.Adian Husaini selama 22 hari di Inggris, sebagaimana yang diketahui negeri Inggris adalah negeri yang subur dengan pemikiran liberal, sang penulis yang juga mempunyai latar belakang wartawan sangat lihai memaparkan apa yang ia lihat di negeri tersebut, tentu dengan kacamata seorang muslim, dikarenakan kelihaiannya dalam merekam informasi, tidak heran buku ditulis dengan sangat singkat, sang penulis menyelesaikan penulisan buku ini hanya lima hari setelah kepulangannya dari Inggris.

Sebetulnya buku catatan perjalanan bukan hal yang baru dalam peradaban Islam, Ibnu Bathutah (wafat tahun 1377 masehi) menulis kisah perjalananya dari maroko, mesir, hijaz, iraq, India, hingga pulau Jawa, beliau mengabadikan apa yang ia lihat, baik itu raja negeri tersebut, peradaban ataupun hewan hewan yang ada di sana dalam bukunya setebal lima jilid, begitu juga Ibnu Kholdun(wafat tahun 1400 masehi) menulis “auto biografi”nya dengan judul “[1]الرحلة” menceritakan perjalanan hidupnya yang berpindah pindah dalam tiga ratus halaman, di zaman modern ini ada Syekh Taqiyuddin Al-Hilali(wafat tahun 1987 masehi) yang menulis tentang perjalanannya menuju kutub utara dan menamai bukunya dengan judul”AsSyamsu Fi Nisfhil Lail[2]“, dan sekarang kitab DR. Adian ini muncul di tengah tengah para pembaca, bukan sekedar menambah khazanah kitab dalam tema yang berhubungan dalam masalah ini, akan tetapi juga menjadi penerang dalam bagaimana cara seorang muslim memandang “keajaiban dunia” dalam setiap perjalanan hidupnya.

Kota Yang Dikunjungi

 

Dalam bukunya disebutkan, penulis berkunjung ke berbagai kota seperti London, Nottingham, Birmingham, Manchester, Liecester, Sheffield, Oxford, Newcastle, Bristol, Juga Edinburg. Tentu ini prestasi tersendiri bagi penulis, yang mana perjalanannya di Inggris bisa dikatakan cukup singkat hanya dua puluh dua hari, di samping itu hampir di setiap kunjungannya ke kota-kota tersebut, jika terdapat komunitas Indonesia ,sang penulis mengisi acara pengajian baik itu dalam skala kecil kecilan ataupun sedang, dan tidak lupa di setiap kunjungannya ke kota sang penulis hampir selalu menyempatkan berkunjung ke toko buku, baik itu toko buku yang menjual buku baru ataupun toko buku bekas, nampaknya sang penulis condong dengan pendapat “Selama buku itu belum dibaca berarti buku itu adalah baru”.

Penulis juga menceritakan keindahan kota kota yang ada di Inggris, sikap professional pemerintahnya dalam melestarikan bangunan kuno, juga memadukankan dengan bangunan modern, juga keteraturan lalu lintas, dan penulis mengatakan mencontoh hal-hal yang positif seperti ini sangat boleh untuk ditiru oleh muslim, mungkin beliau mengintisarikan pendapatnya dari hadist :

الْحِكْمَةُ ضَالَّةُ الْمُؤْمِنِ، حَيْثُمَا وَجَدَ الْمُؤْمِنُ ضَالَّتَهُ فَلْيَجْمَعْهَا إِلَيْهِ

Kebijaksanaan adalah seperti barang kehilangan milik orang mukmin, dimanapun seorang mukmin itu mendapatkannya maka kumpulkanlah.

Orang Indonesia Di Inggris

 

Di dalam catatan perjalanan ini akan anda jumpai kisah-kisah muslim Indonesia yang patut diacungi jempol, mulai dari banyaknya mahasiswa S-3 di Univesitas-universitas terkenal Inggris, perjuangan mereka mendapat beasiswa, atau mereka yang kuliah di sana, tanpa beasiswa tapi mengcover semua biaya kebutuhan dengan kerja part time, anda akan mendapatkan sebagian warga Indonesia yang sudah menjadi dosen di negeri tersebut, pedagang sukses, juga para alumni IPTN yang sekarang bekerja untuk pembuatan pesawat terbang di Eropa. Dari sini bisa disadari bahwa manusia Indonesia punya daya saing dengan bangsa Barat, dan kita juga bisa melihat beratnya tantangan para perantau tersebut untuk menjaga keutuhan dien yang mereka peluk, sebagaimana hadist nabi

يأتي على الناس زمان الصابر فيهم على دينه كالقابض على الجمر

“Akan datang suatu zaman kepada manusia, seseorang yang sabar di atas diennya, seperti orang yang memegang bara api” -HR Tirmizi-

Bertemu Orang Hebat

 

“Berpetualanglah maka kau akan bertemu orang pengganti dari orang yang kau tinggalkan.” Pepatah arab yang saya kira si penulis merasakan betul arti tersebut, dalam perjalanannya di Inggris beliau bertemu Prof Salim TS Al-Hassani yang terkenal dengan bukunya, 1001 Inventions: Muslim Heritage In Our World, DR.Adian juga sempat melihat pameran sains Islam yang bertajuk”1001 Penemuan, Temukan Warisan Muslim Di Dunia kita, Mengungkap 1000 tahun Sains dan Teknologi”, setelah melihat pameran tersebut, sampai DR.Adian mengharap agar pameran ini bisa diadakan di Indonesia yang mayoritasnya adalah muslim.

Selain itu beliau bertemu dengan DR.SE. Aldjazairi. Sejarawan yang tertarik dengan sejarah Islam, dan mengharap adanya kerjasama dan tindak lanjut dari pembicaraan mereka di perpustakaan sejarawan tersebut, tidak dilupakan pula selama perjalanannya di Inggris DR.Adian biasa ditemani oleh para mahasiswa Indonesia S-3 dari berbagai macam bidang yang tentu beliau mempunyai kesan tersendiri.

 

Pengajian Dan Pertanyaan

 

Selama dalam perjalanan DR Adian hampir selalu menyempatkan untuk memberi pengajian bersama komunitas Muslim Indonesia yang berada disana, dalam pengajiannya beliau “berduet” dengan teman seperjalananya yaitu DR.Fahmi Zarkasyi, dengan berbagai macam tema yang relevan dengan keadaan para pendengar, salah satu yang tema pengajian yang menarik adalah pentingnya seorang muslim akan adanya Hari perhitungan (yaumul hisab), seorang muslim tidak akan haus jabatan, karena jabatan itu nantinya akan ditanya di akhirat kelak, Seorang istri akan menyuruh suaminya berpoligami, karena akan meringankan hitungan hari tanggung jawab sang istri dalam merawat suami, begitu juga sebaliknya sang suami akan berpikir ulang untuk poligami, karena itu akan menambah tanggung jawab dan beban di Akhirat.

Dalam sesi pertanyaan banyak pertanyaan yang amat berkualitas, mungkin dikarenakan para hadirinnya adalah orang berpendidikan, salah satu yang menarik dari pertanyaan para hadirin adalah masalah demokrasi , beliau menjawab panjang lebar masalah ini, mulai dari perbedaan antara demokrasi dan Syura, pembahasan ulama terdahulu dalam masalah ini, perjuangan sebagian ulama dalam “mengIslamkan” demokrasi, menghomati ijtihad dan berhati-hati dalam mengkafirkan seseorang.

Yang Menarik Dari Catatan Perjalanan Ini

 

Sang penulis berusaha selalu menampilkan bagaimana Islam memandang dunia ini, mulai dari lebih memilih tidak solat di bandara walaupun disediakan tempat beribadah bersama untuk seluruh agama, selalu menyebutkan “Alhamdulillah” ketika bisa tidur pulas karena tidur adalah nikmat, berusaha menyelipkan pembahasan serius masalah Akidah, Theologi, Bahaya Liberal, juga kerapuhan pemikiran selain Islam, dan masih banyak lagi sampai kadang membuat kita berkata dalam hati “oh iya juga yah, harusnya beginilah sikap muslim”.

            walhasil buku ini cukup menarik untuk dibaca, bukan hanya sekedar catatan perjalanan biasa tapi insya Allah membuat anda semakin bersyukur bahwa anda memeluk dien Islam, nampaknya buku ini juga perlu dibaca bagi mereka yang sekedar ingin tahu sekilas keadaan Inggris.

[1] sebuah perjalanan

[2] matahari di tengah malam

ketika keterbatasan menjadi alasan

Semuanya terkejut dengan keputusan Imam Kisaai, sang ahli bahasa arab yang konon mengalahkan Sibawaih dalam debat itu memutuskan penggantinya serta pewaris ilmunya adalah Ali Al-Ahmar, seorang penjaga istana kholifah yang kadang hadir dalam majelisnya apabila shift penjagaan istana bukan jatahnya. “Saya tidak rela seorang pun menggantikan diriku selain dia,” ujar Kisaai yang tetap bersih keras untuk memilihnya[1].

Tentu Kisaai punya alasan khusus kenapa tetap memilih si penjaga istana itu menjadi penganti dirinya, Kisaai adalah seorang guru privat anak khalifah, mulai dari kedatangan Kisaai di depan gerbang istana Ali Al-Ahmar selalu menyambutnya, dengan modus menemaninya berjalan sampai menuju pintu kamar anak khalifah, ia leluasa bertanya  masalah-masalah yang belum ia pahami, kesempatan emas tersebut juga didukung oleh luasnya istana khalifah, begitulah seterusnya , sampai menjadikan Ali Al-Ahmar benar benar faham dalam ilmu bahasa arab, maka tidak heran Kisaai merasa mantap dengan pilihannya tersebut. keterbatasan Ali Al-Ahmar justru menjadi faktor kesuksesan untuk memperdalam ilmunya.

Dalam memaknai keterbatasan kadang kita sering memberikan pemakluman untuk mengambil alasan, selalu ada pembenaran atas setiap langkah mundur yang kita ambil, selalu ada alasan untuk berlama-lama di tiap perhentian yang kita singgahi sehingga lupa sabda Nabi  : “Bahwasanya besarnya cobaan itu berdampingan dengan besarnyanya ganjaran, apabila Allah mencintai hamba-Nya, Allah mengujinya”[2]

Suatu hari di tahun 440 Hijriah di kota Andalus terjadi diskusi antara Ibnu Hazm ulama bermazhab Dzohiri sekaligus anak dari salah satu seorang menteri berhadapan dengan Abul Walid Al-Baji ulama bermazhab Maliki yang pada saat itu masih menyambi sebagai satpam. bukan isi perdebatan itu yang ingin kami bahas, tapi lebih kepada pemakluman unik dari kedua belah pihak, setelah mereka berdebat, Abul Walid Al-Baji berkata kepada Ibnu Hazm : “Tolong maklumi kami, karena Kami terbiasa mentelaah ilmu hanya dengan naungan lampu templok yang  ditaruh di pos jaga.” Mendengar itu Ibnu Hazm tidak mau kalah, ia beralasan “Justru kami yang minta dimaklumi, telaah ilmu kami terbiasa di bawah menara-menara yang bergemerlapan emas dan perak.”[3]

Kalau kami boleh membahasamahasiswakan alasan mereka berdua mungkin yang pertama beralasan “Maaf, komputer kami sering ngadat dan hang plus tempat kami sering mati lampu,” sedangkankan yang kedua beralasan “Maaf, laptop kami terlalu canggih, bergrafik tinggi, sangat menggoda untuk bermain game-game mutakhir, hardisk yang luas menggiurkan untuk diisi drama asia.”

Tidak pernah ada jaminan kekayaan selalu memperlancar prestasi sebagaimana belum pastinya kemiskinan selalu menghambat karya.

Di dalam hadits qudsi Allah SWT berfirman :

إنَّ مِنْ عِبَادِي مَنْ لَا يُصْلِحُهُ إلَّا الْغِنَى. وَلَوْ أَفْقَرْته لَأَفْسَدَهُ ذَلِكَ. وَإِنَّ مِنْ عِبَادِي مَنْ لَا يُصْلِحُهُ إلَّا الْفَقْرُ. وَلَوْ أَغْنَيْته لَأَفْسَدَهُ ذَلِكَ. وَإِنَّ مِنْ عِبَادِي مَنْ لَا يُصْلِحُهُ إلَّا السَّقَمُ. وَلَوْ أَصْحَحْته لَأَفْسَدَهُ ذَلِكَ إنِّي أُدَبِّرُ عِبَادِي إنِّي بِهِمْ خَبِيرٌ بَصِيرٌ

“Bahwasanya di antara hamba-hamba-Ku ada yang tidak membuat dirinya baik kecuali dalam keadaan kaya, seandainya Aku membuatnya miskin,  maka akan membuat dirinya rusak, dan diantara hamb- hamba-Ku ada yang tidak membuat dirinya baik kecuali dalam keadaan miskin, seandainya Aku beri kekayaan kepada dirinya maka akan membuatnya rusak, di antara hamba-hamba-Ku ada yang tidak membuat dirinya baik kecuali dalam keadaan  sakit, seandainya kusehatkan dirinya itu malah membuat dirinya rusak, sesungguhnya Aku terhadap keadaan mereka Maha Mengetahui lagi Maha Melihat.” (H.R. Al-Baghowi)

Sebagaimana yang diketahui bahwa masyarakat jepang sangat menggemari masakan ikan segar, disebabkan itu pula para nelayan jepang sempat kebingungan bagaimana mendapatkan ikan salmon yang segar, karena kebanyakan ikan yg terkangkap langsung segera mati, walau seandainya tidak mati pun, ikan tersebut sudah tidak terasa segarnya, hingga akhirnya para nelayan menemukan solusi, setelah memperhatikan kebiasaan ikan salmon yang senang bergerak, para nelayan membuat kolam kecil di dalam kapalnya untuk menaruh salmon yang sudah ditangkap lalu dimasukkanlah hiu-hiu kecil  untuk mengejar salmon-salmon tersebut. Para salmon pun “terpaksa” berlari menghindar dari hiu-hiu yang memburunya hingga akhirnya sampai ke tangan para koki restoran dan ikan dalam keadaan segar[4].

Tentu di hidup kita selalu ada “hiu-hiu” yang merepotkan kita, tapi hanya sedikit orang yang menanggapi positif tersebut, kita lebih banyak mengeluh dengan keterbatasan, juga menyalahkan kejaran hiu-hiu tersebut.

“Bisa jadi kalian membenci sesuatu padahal itu baik untuk kalian, dan bisa jadi kalian mencintai sesuatu padahal itu buruk untuk kalian, dan Allah mengetahui sedangkan kalian tidak mengetahui.” (Al-Baqoroh : 216)

Saya dan anda bukan orang yang pertama dikejar oleh hiu-hiu kecil itu, sudah banyak orang sebelum kita tertimpa apa yang kita alami, ada ‘Asiah istri Fira’un namun tetap menjaga ubudiahnya hanya kepada Allah SWT semata[5], ada Abu Dawud yang menulis Kitab Sunan di dalamnya ada lebih dari 5700 hadits, dia menulisnya ketika ia ribath fie sabilillah[6], Ibnu Taimiyyah yang ditekan segala kalangan yang membencinya, namun ia tetap berkarya, menganggap hiu-hiu itu adalah aura-aura  positif yang selalu mendukungnya dalam beribadah,  “Apasih yang dilakukan oleh para musuh-musuhku?” ucap Ibnu Taimiyyah, “Taman surgaku berada di dadaku, ia ada kemanapun aku pergi, jika aku dipenjara jadilah itu tempatku berkhalawat, jika aku dibunuh  aku tercatat menjadi orang yang syahid, kalau aku diasingkan dari negeriku kuanggap itu sebagai tamasya[7].”

Toh pada akhirnya saya dan anda pun bebas memilih, antara untuk tetap berlari sambil berkeringat yang membuat karya kita semakin berkilau, atau berhenti dan kemudian terlindas oleh roda keterbatasan.

Wallahu a’lam


[1] lihat mu’jam al udaba (4/1670)

[2] hadist hasan ghorib riwayat tirmizi setelah no (2396) dan ibnu majah no(4031

[3] lihat mu’jam al udaba (2/28) dan koreksinya di shofahat mi hayati shobril ulama abdul fattah abu ghuddah

[4] saya tahu cerita  ini dari buku “setengah isi setengah kosong” 7 tahun lalu ,dan masih merasa aneh , memangnya ikan salmon itu ikan laut yah? klo ikan tawar kenapa ditaruh hiu yah? apa saya dah lupa ceritanya yah ?

[5] lihat surat attahrim ayat : 11

[6]  muqodimah ma’alimussunan abu thohir assilafi

[7] al wabil ashoib  hal :67

antara cita , asa dan doa

Akan masuk surga  tujuh puluh ribu orang dari ummat ku tanpa hisab dan tanpa azab –di riwayat yang lain- wajah wajah mereka bersinar laksana rembulan ”  sabda Nabi kepada para sahabatnya yg disambut decak kagum, belum habis kekaguman mereka , mereka dikagetkan oleh inisiatif Uksyah Bin Mihsan ” wahai Rosulullah doakan agar Saya termasuk orang-orang yang engkau sebutkan ”  nabi pun menjawab “engkau bagian dari mereka , wahai Ukasyah” para sahabat nabi lainnya yang baru terpikir akan tindakan tersebut  segera berbondong bondong bertindak seperti yang dilakukan Ukasyah, namun sang Nabi pun sambil tersenyum dan menjawab  ” Kau telah didahului oleh Ukasyah

Tidak semua orang bisa berpikir apa yang dipikirkan oleh Ukasyah, ide indah yg membawanya kesyurga tanpa hisab, tentu sejak dahulu islam sangat menghargai sebuah sikap pelopor dalam kebaikan,  dan menjunjung setiap inspirasi yg menerangkan. Di dalam hadist yg diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Baihaqi “barang siapa yang mendahului apa yg belum dilakukan oleh muslim yang lain, maka dia berhak atas yg dia lakukan”  di hadist yang lain Nabi mengabarkan pahala yg terus menerus bagi mereka yang mempelopori suatu kebaikan apabila kebaikan tersebut diikuti oleh orang orang setelahnya  ” barang siapa yang membuat kebiasaan baik , dan orang orang setelahnya melakukan kebiasaan baik tersebut, maka ia mendapat pahala kebaikan tersebut, dan juga mendapat pahala orang orang yang melakuan kebaikan tersebut, tanpa perlu mengurangi pahala mereka”  dan islam pun sudah mengisyaratkan bahwa para pioner kebaikan juga inspirator kebaikan adalah sedikit , tidak semua muslim menjadi insprator dalam sabda Rosulullah  “kau mendapatkan manusia ini bagai seratus onta , belum tentu kau mendapatkan satu unta yang bisa kau tunggangi dengan nyaman”

Salah satu inovasi yg tercatat dalam sejarah islam, adalah kitab shohih bukhori , Muhammad Ibnu Ismail Al Bukhori, ulama yang pertama kali mengumpulkan hadist hadist nabi yang shohih dalam satu kitab.
beliau bercerita sebab penulisan kitab ini “dulu ketika kami sedang dimajlis ilmu Ishaq Ibnu Rohawaih, sang gurunda pun berkata ” seandainya ada diantara kalian yang mengumpulkan sunnah nabi yang shahih secara ringkas dalam satu buku” , “perkataan guruku tersebut..” sang Imam Bukhori melanjutkan cerita “selalu menggelayuti hatiku hingga akhirnya saya mulai mengumpulkan  Jami Asshohih

Sang Ibnu Hazm punya latar belakang menarik,  yang membuat sang anak menteri ini mendalami ilmu agama , suatu hari Ibnu Hazm masuk masjid (untuk salat jenazah) kemudian langsung duduk, seseorang pun menegurnya , “bangun dan dirikanlah solat tahiyatal masjid” Ibnu Hazm yg ketika itu sudah berumur 26 tahun pun mengikuti apa yang diperintahkan orang tersebut, dikesempatan yang lain  Ibnu Hazm datang kemasjid setelah waktu ashar, tidak ingin melakukan kesalahan yang sama  ibnu hazm langsung bersegera solat tahiyatul  masjid, namun sang ibnu hazm pun kembali ditegur “duduk duduk!!, sekarang waktu makruh untuk solat”  setelah kejadian tersebut Ibnu Hazm berjanji untuk belajar ilmu agama secara menyeluruh

“segala sesuatu ada faedah nya” ujar Ibnu Hazm adhohiri setelah menjadi ulama terkenal,dengan karya2 monumentalnya seperti muhalla dan kitab ijma “saya mengambil manfaat yang besar dari kebodohan orang, dengan kebodohan mereka itu, membuat tabiat saya menggelora, menghangatkan fikiran ku, otaku berkerja, menyegarkan semangatku,seandainya tidak ada orang yang mengusikdan mengkritik kedamaianku, tentu saya tidak mempunyai semangat untuk menulis”

Suatu hari dalam perjamuan raja Ferdinand dan ratu Isabella, semua mencibir perjalanan Colombus menemukan dunia baru sebagai hal yang sebenarnya sangat mudah. Tinggal berlayar terus kebarat lalu ketemu.

Christopher colombus tersenyum dari kursinya. Diambil dan  ditimangnya sebutir telur rebus dari piring di depannya. “tuan- tuan ” suaranya memecah ricuh bebisikan. ” siapa di antara kalia yang mampu memberdirikan telur ini dengan tegak?”

“Christopher” kata seorang tua disana, “itu adalah hal yang tidak mungkin!”

Semuapun mengangguk mengiyakan.

“saya bisa” kata Colombus. Dia menyeringai sejenak kemudian memukulkan salah satu ujung telurnya sampai remuk. Lalu memberdirikanya

“Oh.. kalau begitu caranya sih , kami juga bisa” kata seseorang. “ya ..ya ..yaa” , seru yang lain.  Dan senyum Columbus makin lebar. Sambil berkata” itulah bedanya aku dan kalian tuan-tuan! Aku memang hanya melakukan hal-hal yang mudah dalam kehidupan ini. Tapi aku melakukannya di saat semua orang mengatakan bahwa hal itu mustahil”

A’masy Sulaiman Ibnu Mihran seorang tabiin dari kufah hafal 4000 hadist diluar kepala, sampai sampai dikatakan beliau adalah sumbernya sanad hadist negri kufah, beliau bercerita “saya menghafal hadist tiap hari hanya 4 hadist sampai 5 hadist”, dan akhirnya menjadi imam besar, tentu para penontonpun bisa saja  berkomentar ” kalau cuman 4 hadist tiap hari juga saya bisa” ya itulah perbedaan para penonton dengan para inovator, bukan hanya menetapkan teori simple tapi melaksanakannya secara istiqomah

” ayoo kawan kita berkeliling kepada sahabat sahabat nabi bertanya tentang dien ini, mumpung para sahabat nabi masih banyak” ide cemerlang Ibnu Abbas yang disampaikan kepada kawannya salah seorang anshor tepat setelah nabi wafat

“apakah ada yang membutuhkan ilmumu wahai Ibnu Abbas , sedangkan para pembesar sahabat masih banyak” jawaban dingin dari kawan Ibnu Abbas

“kutinggalkan dia” Ibnu abbas melanjutkan cerita petualangannya menuntut ilmu di kala umurnya yg masih 16 tahun , “lalu aku mulai bertanya kepada para sahabat nabi , hadist hadist yang mereka dengar, kadang aku tertidur didepan rumahnya  demi mendapat satu hadist ,diterpa badai dan aku hanya bermodalkan surban yang ku jadikan bantal” hingga akhirnya orang orang meminta fatwa kepadaku, sahabatku anshar yg pernah kuajak pun, melihatku dari kejauhan sambil berkata “temanku ini jauh lebih berakal daripadaku ” dikarenakan inisiatif yg ia lakukan sejak nabi wafat,serta jauh pandangannya terhadap masa depan.
sekali lagi tidak semua orang bisa melakukannya
sang Ibnu Abbas berani mengorbankan waktu mudanya untuk menuntut ilmu, memilih berjalan lebih banyak dari biasanya, menghafal lebih banyak dari biasanya,menahan lapar lebih lama dari biasanya, berfikir dan mengulang masalah fiqh lebih rumit dari biasanya . tidak heran Imam Azzahabi menanggap Ibnu Abbas adalah “orang yang yang paling alim diatas muka bumi ketika zamannya”

Tidak ada yang sempurna selain Allah

Para inovator sangat mengetahui makna ini, kekurangan mereka dalam suatu sisi tidak membuat mereka minder dalam membuat karya – karya monumental , ibnu muqri membuat buku “unwanu ssyarafil wafi” sebuah buku yang kalau dibaca dari sebelah kanan atas ke bawah, akan terlihat ilmu fiqh, kalau dibaca dari tengah atas kebawah, akan keluar ilmu lain, kalau dibaca dari samping kanan atas ke samping kiri lain akan muncul ilmu yang berbeda, menakjubkan memang, imam syaukani pun mengatakan “dia orang yang paling cerdas di yaman, namun disisi lain ternyata dia adalah orang yang sangat pelupa , pernah kehilangan uang 1000 dinarnya ditempat sampah, dan cerita cerita konyol lainnya disebabkan sifat pelupanya” ucap imam syaukaini ketika menulis biografi beliau.

Imam farro, imam syibawaih, imam kisaaii mereka semua ulama peneliti bahasa arab, tidak ada sebuah kitab bahasa arabpun kecuali menyempatkan menyebut mereka bertiga karena jasa jasa mereka dalam menelaah bahasa arab, namun kesempurnaan bukan milik mereka, imam faro sampai diakhir hayatnya masih merasa bingung dengan cara kerja huruf “hatta” karena bisa membuat marfu’ mansub dan majrur, imam sibawaih tidak mengetahui definisi “atta’ajub” imam kisa ii, sulit baginya membedakan “an maftuhah, hikayah” definisi dan pemakaian “ni’ma wa bi’sa” pun sulit ia pahami.

Namun nama mereka tetap harum sebagai pelopor peneliti bahasa arab dalam sejarah ini.

Sungguh indah salah satu doa “ibadurrahman” yang diabadikan Allah disurat al furqon ayat 74″ dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang orang bertaqwa” doa yang luar biasa, bukan hanya sekedar orang bertaqwa, tapi menjadi pemimpin bagi orang orang yang dijamin masuk syurgaa

“Dan  berkaryalah , maka Allah akan melihat karya kalian, rasul Nya dan para orang orang mukmin pun  melihat karya kalian” attaubah :105
wallahu alam bishawaab

karena mahasiswa bukan MAHA TAHU

kusimak dia sepenuh hati dan jiwa

Seakan-akan ini  pertama kali aku mendengarnya

Padahal aku telah menghafal hadistnya

Jauh sebelum dia lahir kedunia  –atho bin abi robah-

Didalam bahasa arab seseorang yang sedang menuntut ilmu biasa disebut tholibul ilmi , yg bisa diartikan sebagai pencari ilmu, seiring dengan perkembangan zaman , datanglah sebuah istilah seorang penuntut ilmu dalam tingkat universitas, maka bahasa arabpun menyebutnya tholibul ilmi al jaami’i, namun yg unik dari bahasa indonesia , penuntut ilmu didalam tingkatan universitas mempunyai nama yang agak “wah” yaitu mahasiswa , terbentuk dari kata maha (yang bisa diartikan luarbiasa) dan kata siswa, orang yang mendengar kata mahasiswa langsung terlintas dalam benak kita seorang siswa yg kritis kepada dosennya , giat dalam membahas pelajaran , rajin berdiskusi dengan rekan kuliahnya.

Menghitung waktu belajar kita

Masyarakat sering menganggap kita (baik mahasiswa ataupun yg sudah menyandang gelar) selalu intens dalam mempelajari sesuatu, contohnya saja ketika seorang sarjana luarnegri jurusan hadist, mengisi sebuah seminar ,akan ada kalimat yang kurang tepat , yg keluar dari mulut sang panitia seminar tersebut “mari kita dengarkan seminar dari KH.fulan. lc pakar hadist yg sudah mendalami ilmu hadist di negri A selama 7 tahun” . dan ironis nya banyak dari sang narasumber  tersebut  menyetujui kalimat2 indah sang panitia.
kalau kita mau jujur dalam masalah menghitung waktu belajar kita di universitas, sebetulnya waktu belajar kita (untuk tingkat sarjana selama 4 tahun) tidak lebih dari  243 hari karena dalam satu hari 24 jam , kita hanya memakai waktu kita belajar 7 jam sisanya adalah makan tidur dan refreshing (kalau tidak mau dikatakan bermain) , dan pertahunnya kalender pengajaran pun hanya berkisar 8 bulan, belum lagi matakuliah yg betul2 berhubungan dengan jurusan yg kita tekuni mungkin hanya sekitar 70 persen dari semua matakuliah yg ada

Dan hitungan tadi pun belum termasuk apabila kita tidak naik tingkat karena nilai tidak mencukupi, yg menyebabkan kita menganggur ditingkat yang sama selama 1 tahun penuh, (yg nantinya masyarakat tetap mengatakan 1 tahun ini dianggap orang tersebut belajar ).

“Sampai kapan anda menuntut ilmu wahai gurunda??” para  murid Imam ahmad bertanya kepada gurunya

Sang imam yang hafal lebih dari 700 ribu hadist  itu menjawab “dari  aku bisa belajar menulis sampai nanti aku beristirahat di qubur ku”

Abdullah ibnu mubarok menasehati para penuntut ilmu

لا يزال الرجل عالما ما طلب العلم ، فإذا ظن أنه قد علم فقد جهل

“Seseorang selalu menjadi seorang alim selama dia tetap menuntut ilmu, apabila dia merasa bahwasanya dia  sudah berilmu maka dia jahil

Pernah Imam Malik sangat murka ketika beliau dipaksa menjawab pertanyaan yg tidak diketahuinya , sang penanya memaksa sang imam dengan ucapan ” wahai sang imam ini kan permasalahan sepele” sang imam darul hijrah itu pun menjawab  “tidak ada yang sepele dalam masalah ilmu , bukan kah kau membaca firman Allah ” sesungguhnya kami menurunkan kepadamu perkataan yang berbobot ” ilmu itu semuanya berbobot tidak ada yg sepele, dan akan ditanyakan kelak dihari kiamat, katakan pada mereka imam malik tidak mengetahui masalah ini”

Dizaman modern sekarang ini nampaknya cukup sulit bagi seorang lulusan universitas untuk mengatakan kalimat  “tidak tahu”  kepada masyarakat , ketika ditanya sebuah masalah yg dia sendiri tidak cukup cakap dalam masalah tersebut, faktor utamanya adalah takut dikatakan bodoh, karena paradigma yg ada dimasyarakat, seorang yg sudah menjadi mahasiswa dan kemudian lulus , dia akan mengetahui segalanya apa yg berkaitan dengan jurusannya !!

Islam pun sudah mewanti wanti bahayanya sikap sok mempunyai kapabilitas, nabi bersabda  المتشبع بما لم يعطَ كلابس ثوبي زور

“Orang yang merasa kenyang dengan apa yg tidak dianugrahkan kepada dia, seperti orang yg memakai pakaian dusta”

Didalam hadist yg lain: من تطبب ولم يعلم منه طب قبل ذلك فهو ضامن

“barang siapa yg berpura2 menjadi dokter padahal dia tidak mengetahui ilmu tersebut maka dia harus menjamin segala resiko yg diakibatkan”

Ulama adalah dokternya masyarakat dalam segala penyakit penyakit hati dan jiwa, resiko bagi meraka yg mengaku2 mempunyai ilmu yg berkaitan dengan dien, tentu lebih besar dari pada hanya sekedar dokter gadungan .

Tiada salahnya kita membiasakan berkata tidak tahu , malaikat tidak pernah malu mengatakan tidak tahu kepada Allah ketika disuruh menyebut benda2 langit, nabi pun berdiam menunggu wahyu ketika ditanyakan tentang permasalahan yg membatalkan umroh, ibnu abbas pun pernah berkata seakan menyindir para cendikiawan zaman kita ini “hanya orang gila yg menjawab selurah pertanyaan yg diajukan kepadanya”.

Delapan ratus tahun lalu -dizaman tidak ada teknologi facebook ,twitter ataupun blogging  imam izzuddin abdussalam ,ulama dikenal dengan sebutan sultonul ulama pernah berlelah lelah mengelilingi penjuru negara, dikarenakan ingin mengumumkan bahwasanya fatwa yg dia keluarkan sebelumnya adalah keliru, dan dia ingin berlepas diri dari fatwa yg sudah tersebar luas tersebut .

Kembali kepada zaman kita , kapan kita akan berjiwa besar mengakui kesalahan kita didepan publik ketika itu sudah jelas kesalahan nya?? Sampai kapan kita selalu mengakatan  “hal hal kesalahan sepele yg saya lakukan ndak usah dibesar besarkan” ?

Kita mahasiswa bukan MAHATAHU, sudah sewajarnya kita belar mengatakan kalimat TIDAK TAHU , agar orang orang mengajari kita hingga kita mengetahui,  mengurangi kalimat saya TAHU karena itu hanya akan memembuat orang terus bertanya hingga kita mengatakan “SAYA TIDAK TAHU”
wallahu a’lam bishowab

 

apalah arti sebuah nama

apalah arti sebuah nama

suatu hari Umar bin Khotob didatangi oleh seorang ayah yang mengaku didurhakai anaknya. kemudian Umar pun mengatakan “coba datangkan anak itu kepadaku”. setelah sang anak datang, Umar pun bertanya “kenapa kau mendurhakai ayah mu?”. sang anak bertanya balik kepada Umar “wahai amiral mukminin, apa kewajiban seorang ayah terhadap anaknya?”. Umar menjawab “memilih ibu yang baik, memberi namanya yang baik, dan mengajarinya al-quraan ” sang anak lalu mengatakan “demi Allah, sang ayah sama sekali tidak melaksanakan kewajibannya satupun kepadaku”. Umar pun mengatakan pada sang ayah “pulang sana! Kau telah mendurhakai anak mu sebelum anakmu mendurhakaimu” Read the rest of this entry