Category Archives: mungkin motivasi

Resensi Buku : Muslimlah Daripada Liberal

 

1681-500x500

Buku ini adalah sebuah catatan perjalanan Dr.Adian Husaini selama 22 hari di Inggris, sebagaimana yang diketahui negeri Inggris adalah negeri yang subur dengan pemikiran liberal, sang penulis yang juga mempunyai latar belakang wartawan sangat lihai memaparkan apa yang ia lihat di negeri tersebut, tentu dengan kacamata seorang muslim, dikarenakan kelihaiannya dalam merekam informasi, tidak heran buku ditulis dengan sangat singkat, sang penulis menyelesaikan penulisan buku ini hanya lima hari setelah kepulangannya dari Inggris.

Sebetulnya buku catatan perjalanan bukan hal yang baru dalam peradaban Islam, Ibnu Bathutah (wafat tahun 1377 masehi) menulis kisah perjalananya dari maroko, mesir, hijaz, iraq, India, hingga pulau Jawa, beliau mengabadikan apa yang ia lihat, baik itu raja negeri tersebut, peradaban ataupun hewan hewan yang ada di sana dalam bukunya setebal lima jilid, begitu juga Ibnu Kholdun(wafat tahun 1400 masehi) menulis “auto biografi”nya dengan judul “[1]الرحلة” menceritakan perjalanan hidupnya yang berpindah pindah dalam tiga ratus halaman, di zaman modern ini ada Syekh Taqiyuddin Al-Hilali(wafat tahun 1987 masehi) yang menulis tentang perjalanannya menuju kutub utara dan menamai bukunya dengan judul”AsSyamsu Fi Nisfhil Lail[2]“, dan sekarang kitab DR. Adian ini muncul di tengah tengah para pembaca, bukan sekedar menambah khazanah kitab dalam tema yang berhubungan dalam masalah ini, akan tetapi juga menjadi penerang dalam bagaimana cara seorang muslim memandang “keajaiban dunia” dalam setiap perjalanan hidupnya.

Kota Yang Dikunjungi

 

Dalam bukunya disebutkan, penulis berkunjung ke berbagai kota seperti London, Nottingham, Birmingham, Manchester, Liecester, Sheffield, Oxford, Newcastle, Bristol, Juga Edinburg. Tentu ini prestasi tersendiri bagi penulis, yang mana perjalanannya di Inggris bisa dikatakan cukup singkat hanya dua puluh dua hari, di samping itu hampir di setiap kunjungannya ke kota-kota tersebut, jika terdapat komunitas Indonesia ,sang penulis mengisi acara pengajian baik itu dalam skala kecil kecilan ataupun sedang, dan tidak lupa di setiap kunjungannya ke kota sang penulis hampir selalu menyempatkan berkunjung ke toko buku, baik itu toko buku yang menjual buku baru ataupun toko buku bekas, nampaknya sang penulis condong dengan pendapat “Selama buku itu belum dibaca berarti buku itu adalah baru”.

Penulis juga menceritakan keindahan kota kota yang ada di Inggris, sikap professional pemerintahnya dalam melestarikan bangunan kuno, juga memadukankan dengan bangunan modern, juga keteraturan lalu lintas, dan penulis mengatakan mencontoh hal-hal yang positif seperti ini sangat boleh untuk ditiru oleh muslim, mungkin beliau mengintisarikan pendapatnya dari hadist :

الْحِكْمَةُ ضَالَّةُ الْمُؤْمِنِ، حَيْثُمَا وَجَدَ الْمُؤْمِنُ ضَالَّتَهُ فَلْيَجْمَعْهَا إِلَيْهِ

Kebijaksanaan adalah seperti barang kehilangan milik orang mukmin, dimanapun seorang mukmin itu mendapatkannya maka kumpulkanlah.

Orang Indonesia Di Inggris

 

Di dalam catatan perjalanan ini akan anda jumpai kisah-kisah muslim Indonesia yang patut diacungi jempol, mulai dari banyaknya mahasiswa S-3 di Univesitas-universitas terkenal Inggris, perjuangan mereka mendapat beasiswa, atau mereka yang kuliah di sana, tanpa beasiswa tapi mengcover semua biaya kebutuhan dengan kerja part time, anda akan mendapatkan sebagian warga Indonesia yang sudah menjadi dosen di negeri tersebut, pedagang sukses, juga para alumni IPTN yang sekarang bekerja untuk pembuatan pesawat terbang di Eropa. Dari sini bisa disadari bahwa manusia Indonesia punya daya saing dengan bangsa Barat, dan kita juga bisa melihat beratnya tantangan para perantau tersebut untuk menjaga keutuhan dien yang mereka peluk, sebagaimana hadist nabi

يأتي على الناس زمان الصابر فيهم على دينه كالقابض على الجمر

“Akan datang suatu zaman kepada manusia, seseorang yang sabar di atas diennya, seperti orang yang memegang bara api” -HR Tirmizi-

Bertemu Orang Hebat

 

“Berpetualanglah maka kau akan bertemu orang pengganti dari orang yang kau tinggalkan.” Pepatah arab yang saya kira si penulis merasakan betul arti tersebut, dalam perjalanannya di Inggris beliau bertemu Prof Salim TS Al-Hassani yang terkenal dengan bukunya, 1001 Inventions: Muslim Heritage In Our World, DR.Adian juga sempat melihat pameran sains Islam yang bertajuk”1001 Penemuan, Temukan Warisan Muslim Di Dunia kita, Mengungkap 1000 tahun Sains dan Teknologi”, setelah melihat pameran tersebut, sampai DR.Adian mengharap agar pameran ini bisa diadakan di Indonesia yang mayoritasnya adalah muslim.

Selain itu beliau bertemu dengan DR.SE. Aldjazairi. Sejarawan yang tertarik dengan sejarah Islam, dan mengharap adanya kerjasama dan tindak lanjut dari pembicaraan mereka di perpustakaan sejarawan tersebut, tidak dilupakan pula selama perjalanannya di Inggris DR.Adian biasa ditemani oleh para mahasiswa Indonesia S-3 dari berbagai macam bidang yang tentu beliau mempunyai kesan tersendiri.

 

Pengajian Dan Pertanyaan

 

Selama dalam perjalanan DR Adian hampir selalu menyempatkan untuk memberi pengajian bersama komunitas Muslim Indonesia yang berada disana, dalam pengajiannya beliau “berduet” dengan teman seperjalananya yaitu DR.Fahmi Zarkasyi, dengan berbagai macam tema yang relevan dengan keadaan para pendengar, salah satu yang tema pengajian yang menarik adalah pentingnya seorang muslim akan adanya Hari perhitungan (yaumul hisab), seorang muslim tidak akan haus jabatan, karena jabatan itu nantinya akan ditanya di akhirat kelak, Seorang istri akan menyuruh suaminya berpoligami, karena akan meringankan hitungan hari tanggung jawab sang istri dalam merawat suami, begitu juga sebaliknya sang suami akan berpikir ulang untuk poligami, karena itu akan menambah tanggung jawab dan beban di Akhirat.

Dalam sesi pertanyaan banyak pertanyaan yang amat berkualitas, mungkin dikarenakan para hadirinnya adalah orang berpendidikan, salah satu yang menarik dari pertanyaan para hadirin adalah masalah demokrasi , beliau menjawab panjang lebar masalah ini, mulai dari perbedaan antara demokrasi dan Syura, pembahasan ulama terdahulu dalam masalah ini, perjuangan sebagian ulama dalam “mengIslamkan” demokrasi, menghomati ijtihad dan berhati-hati dalam mengkafirkan seseorang.

Yang Menarik Dari Catatan Perjalanan Ini

 

Sang penulis berusaha selalu menampilkan bagaimana Islam memandang dunia ini, mulai dari lebih memilih tidak solat di bandara walaupun disediakan tempat beribadah bersama untuk seluruh agama, selalu menyebutkan “Alhamdulillah” ketika bisa tidur pulas karena tidur adalah nikmat, berusaha menyelipkan pembahasan serius masalah Akidah, Theologi, Bahaya Liberal, juga kerapuhan pemikiran selain Islam, dan masih banyak lagi sampai kadang membuat kita berkata dalam hati “oh iya juga yah, harusnya beginilah sikap muslim”.

            walhasil buku ini cukup menarik untuk dibaca, bukan hanya sekedar catatan perjalanan biasa tapi insya Allah membuat anda semakin bersyukur bahwa anda memeluk dien Islam, nampaknya buku ini juga perlu dibaca bagi mereka yang sekedar ingin tahu sekilas keadaan Inggris.

[1] sebuah perjalanan

[2] matahari di tengah malam

ketika keterbatasan menjadi alasan

Semuanya terkejut dengan keputusan Imam Kisaai, sang ahli bahasa arab yang konon mengalahkan Sibawaih dalam debat itu memutuskan penggantinya serta pewaris ilmunya adalah Ali Al-Ahmar, seorang penjaga istana kholifah yang kadang hadir dalam majelisnya apabila shift penjagaan istana bukan jatahnya. “Saya tidak rela seorang pun menggantikan diriku selain dia,” ujar Kisaai yang tetap bersih keras untuk memilihnya[1].

Tentu Kisaai punya alasan khusus kenapa tetap memilih si penjaga istana itu menjadi penganti dirinya, Kisaai adalah seorang guru privat anak khalifah, mulai dari kedatangan Kisaai di depan gerbang istana Ali Al-Ahmar selalu menyambutnya, dengan modus menemaninya berjalan sampai menuju pintu kamar anak khalifah, ia leluasa bertanya  masalah-masalah yang belum ia pahami, kesempatan emas tersebut juga didukung oleh luasnya istana khalifah, begitulah seterusnya , sampai menjadikan Ali Al-Ahmar benar benar faham dalam ilmu bahasa arab, maka tidak heran Kisaai merasa mantap dengan pilihannya tersebut. keterbatasan Ali Al-Ahmar justru menjadi faktor kesuksesan untuk memperdalam ilmunya.

Dalam memaknai keterbatasan kadang kita sering memberikan pemakluman untuk mengambil alasan, selalu ada pembenaran atas setiap langkah mundur yang kita ambil, selalu ada alasan untuk berlama-lama di tiap perhentian yang kita singgahi sehingga lupa sabda Nabi  : “Bahwasanya besarnya cobaan itu berdampingan dengan besarnyanya ganjaran, apabila Allah mencintai hamba-Nya, Allah mengujinya”[2]

Suatu hari di tahun 440 Hijriah di kota Andalus terjadi diskusi antara Ibnu Hazm ulama bermazhab Dzohiri sekaligus anak dari salah satu seorang menteri berhadapan dengan Abul Walid Al-Baji ulama bermazhab Maliki yang pada saat itu masih menyambi sebagai satpam. bukan isi perdebatan itu yang ingin kami bahas, tapi lebih kepada pemakluman unik dari kedua belah pihak, setelah mereka berdebat, Abul Walid Al-Baji berkata kepada Ibnu Hazm : “Tolong maklumi kami, karena Kami terbiasa mentelaah ilmu hanya dengan naungan lampu templok yang  ditaruh di pos jaga.” Mendengar itu Ibnu Hazm tidak mau kalah, ia beralasan “Justru kami yang minta dimaklumi, telaah ilmu kami terbiasa di bawah menara-menara yang bergemerlapan emas dan perak.”[3]

Kalau kami boleh membahasamahasiswakan alasan mereka berdua mungkin yang pertama beralasan “Maaf, komputer kami sering ngadat dan hang plus tempat kami sering mati lampu,” sedangkankan yang kedua beralasan “Maaf, laptop kami terlalu canggih, bergrafik tinggi, sangat menggoda untuk bermain game-game mutakhir, hardisk yang luas menggiurkan untuk diisi drama asia.”

Tidak pernah ada jaminan kekayaan selalu memperlancar prestasi sebagaimana belum pastinya kemiskinan selalu menghambat karya.

Di dalam hadits qudsi Allah SWT berfirman :

إنَّ مِنْ عِبَادِي مَنْ لَا يُصْلِحُهُ إلَّا الْغِنَى. وَلَوْ أَفْقَرْته لَأَفْسَدَهُ ذَلِكَ. وَإِنَّ مِنْ عِبَادِي مَنْ لَا يُصْلِحُهُ إلَّا الْفَقْرُ. وَلَوْ أَغْنَيْته لَأَفْسَدَهُ ذَلِكَ. وَإِنَّ مِنْ عِبَادِي مَنْ لَا يُصْلِحُهُ إلَّا السَّقَمُ. وَلَوْ أَصْحَحْته لَأَفْسَدَهُ ذَلِكَ إنِّي أُدَبِّرُ عِبَادِي إنِّي بِهِمْ خَبِيرٌ بَصِيرٌ

“Bahwasanya di antara hamba-hamba-Ku ada yang tidak membuat dirinya baik kecuali dalam keadaan kaya, seandainya Aku membuatnya miskin,  maka akan membuat dirinya rusak, dan diantara hamb- hamba-Ku ada yang tidak membuat dirinya baik kecuali dalam keadaan miskin, seandainya Aku beri kekayaan kepada dirinya maka akan membuatnya rusak, di antara hamba-hamba-Ku ada yang tidak membuat dirinya baik kecuali dalam keadaan  sakit, seandainya kusehatkan dirinya itu malah membuat dirinya rusak, sesungguhnya Aku terhadap keadaan mereka Maha Mengetahui lagi Maha Melihat.” (H.R. Al-Baghowi)

Sebagaimana yang diketahui bahwa masyarakat jepang sangat menggemari masakan ikan segar, disebabkan itu pula para nelayan jepang sempat kebingungan bagaimana mendapatkan ikan salmon yang segar, karena kebanyakan ikan yg terkangkap langsung segera mati, walau seandainya tidak mati pun, ikan tersebut sudah tidak terasa segarnya, hingga akhirnya para nelayan menemukan solusi, setelah memperhatikan kebiasaan ikan salmon yang senang bergerak, para nelayan membuat kolam kecil di dalam kapalnya untuk menaruh salmon yang sudah ditangkap lalu dimasukkanlah hiu-hiu kecil  untuk mengejar salmon-salmon tersebut. Para salmon pun “terpaksa” berlari menghindar dari hiu-hiu yang memburunya hingga akhirnya sampai ke tangan para koki restoran dan ikan dalam keadaan segar[4].

Tentu di hidup kita selalu ada “hiu-hiu” yang merepotkan kita, tapi hanya sedikit orang yang menanggapi positif tersebut, kita lebih banyak mengeluh dengan keterbatasan, juga menyalahkan kejaran hiu-hiu tersebut.

“Bisa jadi kalian membenci sesuatu padahal itu baik untuk kalian, dan bisa jadi kalian mencintai sesuatu padahal itu buruk untuk kalian, dan Allah mengetahui sedangkan kalian tidak mengetahui.” (Al-Baqoroh : 216)

Saya dan anda bukan orang yang pertama dikejar oleh hiu-hiu kecil itu, sudah banyak orang sebelum kita tertimpa apa yang kita alami, ada ‘Asiah istri Fira’un namun tetap menjaga ubudiahnya hanya kepada Allah SWT semata[5], ada Abu Dawud yang menulis Kitab Sunan di dalamnya ada lebih dari 5700 hadits, dia menulisnya ketika ia ribath fie sabilillah[6], Ibnu Taimiyyah yang ditekan segala kalangan yang membencinya, namun ia tetap berkarya, menganggap hiu-hiu itu adalah aura-aura  positif yang selalu mendukungnya dalam beribadah,  “Apasih yang dilakukan oleh para musuh-musuhku?” ucap Ibnu Taimiyyah, “Taman surgaku berada di dadaku, ia ada kemanapun aku pergi, jika aku dipenjara jadilah itu tempatku berkhalawat, jika aku dibunuh  aku tercatat menjadi orang yang syahid, kalau aku diasingkan dari negeriku kuanggap itu sebagai tamasya[7].”

Toh pada akhirnya saya dan anda pun bebas memilih, antara untuk tetap berlari sambil berkeringat yang membuat karya kita semakin berkilau, atau berhenti dan kemudian terlindas oleh roda keterbatasan.

Wallahu a’lam


[1] lihat mu’jam al udaba (4/1670)

[2] hadist hasan ghorib riwayat tirmizi setelah no (2396) dan ibnu majah no(4031

[3] lihat mu’jam al udaba (2/28) dan koreksinya di shofahat mi hayati shobril ulama abdul fattah abu ghuddah

[4] saya tahu cerita  ini dari buku “setengah isi setengah kosong” 7 tahun lalu ,dan masih merasa aneh , memangnya ikan salmon itu ikan laut yah? klo ikan tawar kenapa ditaruh hiu yah? apa saya dah lupa ceritanya yah ?

[5] lihat surat attahrim ayat : 11

[6]  muqodimah ma’alimussunan abu thohir assilafi

[7] al wabil ashoib  hal :67

antara cita , asa dan doa

Akan masuk surga  tujuh puluh ribu orang dari ummat ku tanpa hisab dan tanpa azab –di riwayat yang lain- wajah wajah mereka bersinar laksana rembulan ”  sabda Nabi kepada para sahabatnya yg disambut decak kagum, belum habis kekaguman mereka , mereka dikagetkan oleh inisiatif Uksyah Bin Mihsan ” wahai Rosulullah doakan agar Saya termasuk orang-orang yang engkau sebutkan ”  nabi pun menjawab “engkau bagian dari mereka , wahai Ukasyah” para sahabat nabi lainnya yang baru terpikir akan tindakan tersebut  segera berbondong bondong bertindak seperti yang dilakukan Ukasyah, namun sang Nabi pun sambil tersenyum dan menjawab  ” Kau telah didahului oleh Ukasyah

Tidak semua orang bisa berpikir apa yang dipikirkan oleh Ukasyah, ide indah yg membawanya kesyurga tanpa hisab, tentu sejak dahulu islam sangat menghargai sebuah sikap pelopor dalam kebaikan,  dan menjunjung setiap inspirasi yg menerangkan. Di dalam hadist yg diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Baihaqi “barang siapa yang mendahului apa yg belum dilakukan oleh muslim yang lain, maka dia berhak atas yg dia lakukan”  di hadist yang lain Nabi mengabarkan pahala yg terus menerus bagi mereka yang mempelopori suatu kebaikan apabila kebaikan tersebut diikuti oleh orang orang setelahnya  ” barang siapa yang membuat kebiasaan baik , dan orang orang setelahnya melakukan kebiasaan baik tersebut, maka ia mendapat pahala kebaikan tersebut, dan juga mendapat pahala orang orang yang melakuan kebaikan tersebut, tanpa perlu mengurangi pahala mereka”  dan islam pun sudah mengisyaratkan bahwa para pioner kebaikan juga inspirator kebaikan adalah sedikit , tidak semua muslim menjadi insprator dalam sabda Rosulullah  “kau mendapatkan manusia ini bagai seratus onta , belum tentu kau mendapatkan satu unta yang bisa kau tunggangi dengan nyaman”

Salah satu inovasi yg tercatat dalam sejarah islam, adalah kitab shohih bukhori , Muhammad Ibnu Ismail Al Bukhori, ulama yang pertama kali mengumpulkan hadist hadist nabi yang shohih dalam satu kitab.
beliau bercerita sebab penulisan kitab ini “dulu ketika kami sedang dimajlis ilmu Ishaq Ibnu Rohawaih, sang gurunda pun berkata ” seandainya ada diantara kalian yang mengumpulkan sunnah nabi yang shahih secara ringkas dalam satu buku” , “perkataan guruku tersebut..” sang Imam Bukhori melanjutkan cerita “selalu menggelayuti hatiku hingga akhirnya saya mulai mengumpulkan  Jami Asshohih

Sang Ibnu Hazm punya latar belakang menarik,  yang membuat sang anak menteri ini mendalami ilmu agama , suatu hari Ibnu Hazm masuk masjid (untuk salat jenazah) kemudian langsung duduk, seseorang pun menegurnya , “bangun dan dirikanlah solat tahiyatal masjid” Ibnu Hazm yg ketika itu sudah berumur 26 tahun pun mengikuti apa yang diperintahkan orang tersebut, dikesempatan yang lain  Ibnu Hazm datang kemasjid setelah waktu ashar, tidak ingin melakukan kesalahan yang sama  ibnu hazm langsung bersegera solat tahiyatul  masjid, namun sang ibnu hazm pun kembali ditegur “duduk duduk!!, sekarang waktu makruh untuk solat”  setelah kejadian tersebut Ibnu Hazm berjanji untuk belajar ilmu agama secara menyeluruh

“segala sesuatu ada faedah nya” ujar Ibnu Hazm adhohiri setelah menjadi ulama terkenal,dengan karya2 monumentalnya seperti muhalla dan kitab ijma “saya mengambil manfaat yang besar dari kebodohan orang, dengan kebodohan mereka itu, membuat tabiat saya menggelora, menghangatkan fikiran ku, otaku berkerja, menyegarkan semangatku,seandainya tidak ada orang yang mengusikdan mengkritik kedamaianku, tentu saya tidak mempunyai semangat untuk menulis”

Suatu hari dalam perjamuan raja Ferdinand dan ratu Isabella, semua mencibir perjalanan Colombus menemukan dunia baru sebagai hal yang sebenarnya sangat mudah. Tinggal berlayar terus kebarat lalu ketemu.

Christopher colombus tersenyum dari kursinya. Diambil dan  ditimangnya sebutir telur rebus dari piring di depannya. “tuan- tuan ” suaranya memecah ricuh bebisikan. ” siapa di antara kalia yang mampu memberdirikan telur ini dengan tegak?”

“Christopher” kata seorang tua disana, “itu adalah hal yang tidak mungkin!”

Semuapun mengangguk mengiyakan.

“saya bisa” kata Colombus. Dia menyeringai sejenak kemudian memukulkan salah satu ujung telurnya sampai remuk. Lalu memberdirikanya

“Oh.. kalau begitu caranya sih , kami juga bisa” kata seseorang. “ya ..ya ..yaa” , seru yang lain.  Dan senyum Columbus makin lebar. Sambil berkata” itulah bedanya aku dan kalian tuan-tuan! Aku memang hanya melakukan hal-hal yang mudah dalam kehidupan ini. Tapi aku melakukannya di saat semua orang mengatakan bahwa hal itu mustahil”

A’masy Sulaiman Ibnu Mihran seorang tabiin dari kufah hafal 4000 hadist diluar kepala, sampai sampai dikatakan beliau adalah sumbernya sanad hadist negri kufah, beliau bercerita “saya menghafal hadist tiap hari hanya 4 hadist sampai 5 hadist”, dan akhirnya menjadi imam besar, tentu para penontonpun bisa saja  berkomentar ” kalau cuman 4 hadist tiap hari juga saya bisa” ya itulah perbedaan para penonton dengan para inovator, bukan hanya menetapkan teori simple tapi melaksanakannya secara istiqomah

” ayoo kawan kita berkeliling kepada sahabat sahabat nabi bertanya tentang dien ini, mumpung para sahabat nabi masih banyak” ide cemerlang Ibnu Abbas yang disampaikan kepada kawannya salah seorang anshor tepat setelah nabi wafat

“apakah ada yang membutuhkan ilmumu wahai Ibnu Abbas , sedangkan para pembesar sahabat masih banyak” jawaban dingin dari kawan Ibnu Abbas

“kutinggalkan dia” Ibnu abbas melanjutkan cerita petualangannya menuntut ilmu di kala umurnya yg masih 16 tahun , “lalu aku mulai bertanya kepada para sahabat nabi , hadist hadist yang mereka dengar, kadang aku tertidur didepan rumahnya  demi mendapat satu hadist ,diterpa badai dan aku hanya bermodalkan surban yang ku jadikan bantal” hingga akhirnya orang orang meminta fatwa kepadaku, sahabatku anshar yg pernah kuajak pun, melihatku dari kejauhan sambil berkata “temanku ini jauh lebih berakal daripadaku ” dikarenakan inisiatif yg ia lakukan sejak nabi wafat,serta jauh pandangannya terhadap masa depan.
sekali lagi tidak semua orang bisa melakukannya
sang Ibnu Abbas berani mengorbankan waktu mudanya untuk menuntut ilmu, memilih berjalan lebih banyak dari biasanya, menghafal lebih banyak dari biasanya,menahan lapar lebih lama dari biasanya, berfikir dan mengulang masalah fiqh lebih rumit dari biasanya . tidak heran Imam Azzahabi menanggap Ibnu Abbas adalah “orang yang yang paling alim diatas muka bumi ketika zamannya”

Tidak ada yang sempurna selain Allah

Para inovator sangat mengetahui makna ini, kekurangan mereka dalam suatu sisi tidak membuat mereka minder dalam membuat karya – karya monumental , ibnu muqri membuat buku “unwanu ssyarafil wafi” sebuah buku yang kalau dibaca dari sebelah kanan atas ke bawah, akan terlihat ilmu fiqh, kalau dibaca dari tengah atas kebawah, akan keluar ilmu lain, kalau dibaca dari samping kanan atas ke samping kiri lain akan muncul ilmu yang berbeda, menakjubkan memang, imam syaukani pun mengatakan “dia orang yang paling cerdas di yaman, namun disisi lain ternyata dia adalah orang yang sangat pelupa , pernah kehilangan uang 1000 dinarnya ditempat sampah, dan cerita cerita konyol lainnya disebabkan sifat pelupanya” ucap imam syaukaini ketika menulis biografi beliau.

Imam farro, imam syibawaih, imam kisaaii mereka semua ulama peneliti bahasa arab, tidak ada sebuah kitab bahasa arabpun kecuali menyempatkan menyebut mereka bertiga karena jasa jasa mereka dalam menelaah bahasa arab, namun kesempurnaan bukan milik mereka, imam faro sampai diakhir hayatnya masih merasa bingung dengan cara kerja huruf “hatta” karena bisa membuat marfu’ mansub dan majrur, imam sibawaih tidak mengetahui definisi “atta’ajub” imam kisa ii, sulit baginya membedakan “an maftuhah, hikayah” definisi dan pemakaian “ni’ma wa bi’sa” pun sulit ia pahami.

Namun nama mereka tetap harum sebagai pelopor peneliti bahasa arab dalam sejarah ini.

Sungguh indah salah satu doa “ibadurrahman” yang diabadikan Allah disurat al furqon ayat 74″ dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang orang bertaqwa” doa yang luar biasa, bukan hanya sekedar orang bertaqwa, tapi menjadi pemimpin bagi orang orang yang dijamin masuk syurgaa

“Dan  berkaryalah , maka Allah akan melihat karya kalian, rasul Nya dan para orang orang mukmin pun  melihat karya kalian” attaubah :105
wallahu alam bishawaab

karena mahasiswa bukan MAHA TAHU

kusimak dia sepenuh hati dan jiwa

Seakan-akan ini  pertama kali aku mendengarnya

Padahal aku telah menghafal hadistnya

Jauh sebelum dia lahir kedunia  –atho bin abi robah-

Didalam bahasa arab seseorang yang sedang menuntut ilmu biasa disebut tholibul ilmi , yg bisa diartikan sebagai pencari ilmu, seiring dengan perkembangan zaman , datanglah sebuah istilah seorang penuntut ilmu dalam tingkat universitas, maka bahasa arabpun menyebutnya tholibul ilmi al jaami’i, namun yg unik dari bahasa indonesia , penuntut ilmu didalam tingkatan universitas mempunyai nama yang agak “wah” yaitu mahasiswa , terbentuk dari kata maha (yang bisa diartikan luarbiasa) dan kata siswa, orang yang mendengar kata mahasiswa langsung terlintas dalam benak kita seorang siswa yg kritis kepada dosennya , giat dalam membahas pelajaran , rajin berdiskusi dengan rekan kuliahnya.

Menghitung waktu belajar kita

Masyarakat sering menganggap kita (baik mahasiswa ataupun yg sudah menyandang gelar) selalu intens dalam mempelajari sesuatu, contohnya saja ketika seorang sarjana luarnegri jurusan hadist, mengisi sebuah seminar ,akan ada kalimat yang kurang tepat , yg keluar dari mulut sang panitia seminar tersebut “mari kita dengarkan seminar dari KH.fulan. lc pakar hadist yg sudah mendalami ilmu hadist di negri A selama 7 tahun” . dan ironis nya banyak dari sang narasumber  tersebut  menyetujui kalimat2 indah sang panitia.
kalau kita mau jujur dalam masalah menghitung waktu belajar kita di universitas, sebetulnya waktu belajar kita (untuk tingkat sarjana selama 4 tahun) tidak lebih dari  243 hari karena dalam satu hari 24 jam , kita hanya memakai waktu kita belajar 7 jam sisanya adalah makan tidur dan refreshing (kalau tidak mau dikatakan bermain) , dan pertahunnya kalender pengajaran pun hanya berkisar 8 bulan, belum lagi matakuliah yg betul2 berhubungan dengan jurusan yg kita tekuni mungkin hanya sekitar 70 persen dari semua matakuliah yg ada

Dan hitungan tadi pun belum termasuk apabila kita tidak naik tingkat karena nilai tidak mencukupi, yg menyebabkan kita menganggur ditingkat yang sama selama 1 tahun penuh, (yg nantinya masyarakat tetap mengatakan 1 tahun ini dianggap orang tersebut belajar ).

“Sampai kapan anda menuntut ilmu wahai gurunda??” para  murid Imam ahmad bertanya kepada gurunya

Sang imam yang hafal lebih dari 700 ribu hadist  itu menjawab “dari  aku bisa belajar menulis sampai nanti aku beristirahat di qubur ku”

Abdullah ibnu mubarok menasehati para penuntut ilmu

لا يزال الرجل عالما ما طلب العلم ، فإذا ظن أنه قد علم فقد جهل

“Seseorang selalu menjadi seorang alim selama dia tetap menuntut ilmu, apabila dia merasa bahwasanya dia  sudah berilmu maka dia jahil

Pernah Imam Malik sangat murka ketika beliau dipaksa menjawab pertanyaan yg tidak diketahuinya , sang penanya memaksa sang imam dengan ucapan ” wahai sang imam ini kan permasalahan sepele” sang imam darul hijrah itu pun menjawab  “tidak ada yang sepele dalam masalah ilmu , bukan kah kau membaca firman Allah ” sesungguhnya kami menurunkan kepadamu perkataan yang berbobot ” ilmu itu semuanya berbobot tidak ada yg sepele, dan akan ditanyakan kelak dihari kiamat, katakan pada mereka imam malik tidak mengetahui masalah ini”

Dizaman modern sekarang ini nampaknya cukup sulit bagi seorang lulusan universitas untuk mengatakan kalimat  “tidak tahu”  kepada masyarakat , ketika ditanya sebuah masalah yg dia sendiri tidak cukup cakap dalam masalah tersebut, faktor utamanya adalah takut dikatakan bodoh, karena paradigma yg ada dimasyarakat, seorang yg sudah menjadi mahasiswa dan kemudian lulus , dia akan mengetahui segalanya apa yg berkaitan dengan jurusannya !!

Islam pun sudah mewanti wanti bahayanya sikap sok mempunyai kapabilitas, nabi bersabda  المتشبع بما لم يعطَ كلابس ثوبي زور

“Orang yang merasa kenyang dengan apa yg tidak dianugrahkan kepada dia, seperti orang yg memakai pakaian dusta”

Didalam hadist yg lain: من تطبب ولم يعلم منه طب قبل ذلك فهو ضامن

“barang siapa yg berpura2 menjadi dokter padahal dia tidak mengetahui ilmu tersebut maka dia harus menjamin segala resiko yg diakibatkan”

Ulama adalah dokternya masyarakat dalam segala penyakit penyakit hati dan jiwa, resiko bagi meraka yg mengaku2 mempunyai ilmu yg berkaitan dengan dien, tentu lebih besar dari pada hanya sekedar dokter gadungan .

Tiada salahnya kita membiasakan berkata tidak tahu , malaikat tidak pernah malu mengatakan tidak tahu kepada Allah ketika disuruh menyebut benda2 langit, nabi pun berdiam menunggu wahyu ketika ditanyakan tentang permasalahan yg membatalkan umroh, ibnu abbas pun pernah berkata seakan menyindir para cendikiawan zaman kita ini “hanya orang gila yg menjawab selurah pertanyaan yg diajukan kepadanya”.

Delapan ratus tahun lalu -dizaman tidak ada teknologi facebook ,twitter ataupun blogging  imam izzuddin abdussalam ,ulama dikenal dengan sebutan sultonul ulama pernah berlelah lelah mengelilingi penjuru negara, dikarenakan ingin mengumumkan bahwasanya fatwa yg dia keluarkan sebelumnya adalah keliru, dan dia ingin berlepas diri dari fatwa yg sudah tersebar luas tersebut .

Kembali kepada zaman kita , kapan kita akan berjiwa besar mengakui kesalahan kita didepan publik ketika itu sudah jelas kesalahan nya?? Sampai kapan kita selalu mengakatan  “hal hal kesalahan sepele yg saya lakukan ndak usah dibesar besarkan” ?

Kita mahasiswa bukan MAHATAHU, sudah sewajarnya kita belar mengatakan kalimat TIDAK TAHU , agar orang orang mengajari kita hingga kita mengetahui,  mengurangi kalimat saya TAHU karena itu hanya akan memembuat orang terus bertanya hingga kita mengatakan “SAYA TIDAK TAHU”
wallahu a’lam bishowab