Resensi Buku : Muslimlah Daripada Liberal

 

1681-500x500

Buku ini adalah sebuah catatan perjalanan Dr.Adian Husaini selama 22 hari di Inggris, sebagaimana yang diketahui negeri Inggris adalah negeri yang subur dengan pemikiran liberal, sang penulis yang juga mempunyai latar belakang wartawan sangat lihai memaparkan apa yang ia lihat di negeri tersebut, tentu dengan kacamata seorang muslim, dikarenakan kelihaiannya dalam merekam informasi, tidak heran buku ditulis dengan sangat singkat, sang penulis menyelesaikan penulisan buku ini hanya lima hari setelah kepulangannya dari Inggris.

Sebetulnya buku catatan perjalanan bukan hal yang baru dalam peradaban Islam, Ibnu Bathutah (wafat tahun 1377 masehi) menulis kisah perjalananya dari maroko, mesir, hijaz, iraq, India, hingga pulau Jawa, beliau mengabadikan apa yang ia lihat, baik itu raja negeri tersebut, peradaban ataupun hewan hewan yang ada di sana dalam bukunya setebal lima jilid, begitu juga Ibnu Kholdun(wafat tahun 1400 masehi) menulis “auto biografi”nya dengan judul “[1]الرحلة” menceritakan perjalanan hidupnya yang berpindah pindah dalam tiga ratus halaman, di zaman modern ini ada Syekh Taqiyuddin Al-Hilali(wafat tahun 1987 masehi) yang menulis tentang perjalanannya menuju kutub utara dan menamai bukunya dengan judul”AsSyamsu Fi Nisfhil Lail[2]“, dan sekarang kitab DR. Adian ini muncul di tengah tengah para pembaca, bukan sekedar menambah khazanah kitab dalam tema yang berhubungan dalam masalah ini, akan tetapi juga menjadi penerang dalam bagaimana cara seorang muslim memandang “keajaiban dunia” dalam setiap perjalanan hidupnya.

Kota Yang Dikunjungi

 

Dalam bukunya disebutkan, penulis berkunjung ke berbagai kota seperti London, Nottingham, Birmingham, Manchester, Liecester, Sheffield, Oxford, Newcastle, Bristol, Juga Edinburg. Tentu ini prestasi tersendiri bagi penulis, yang mana perjalanannya di Inggris bisa dikatakan cukup singkat hanya dua puluh dua hari, di samping itu hampir di setiap kunjungannya ke kota-kota tersebut, jika terdapat komunitas Indonesia ,sang penulis mengisi acara pengajian baik itu dalam skala kecil kecilan ataupun sedang, dan tidak lupa di setiap kunjungannya ke kota sang penulis hampir selalu menyempatkan berkunjung ke toko buku, baik itu toko buku yang menjual buku baru ataupun toko buku bekas, nampaknya sang penulis condong dengan pendapat “Selama buku itu belum dibaca berarti buku itu adalah baru”.

Penulis juga menceritakan keindahan kota kota yang ada di Inggris, sikap professional pemerintahnya dalam melestarikan bangunan kuno, juga memadukankan dengan bangunan modern, juga keteraturan lalu lintas, dan penulis mengatakan mencontoh hal-hal yang positif seperti ini sangat boleh untuk ditiru oleh muslim, mungkin beliau mengintisarikan pendapatnya dari hadist :

الْحِكْمَةُ ضَالَّةُ الْمُؤْمِنِ، حَيْثُمَا وَجَدَ الْمُؤْمِنُ ضَالَّتَهُ فَلْيَجْمَعْهَا إِلَيْهِ

Kebijaksanaan adalah seperti barang kehilangan milik orang mukmin, dimanapun seorang mukmin itu mendapatkannya maka kumpulkanlah.

Orang Indonesia Di Inggris

 

Di dalam catatan perjalanan ini akan anda jumpai kisah-kisah muslim Indonesia yang patut diacungi jempol, mulai dari banyaknya mahasiswa S-3 di Univesitas-universitas terkenal Inggris, perjuangan mereka mendapat beasiswa, atau mereka yang kuliah di sana, tanpa beasiswa tapi mengcover semua biaya kebutuhan dengan kerja part time, anda akan mendapatkan sebagian warga Indonesia yang sudah menjadi dosen di negeri tersebut, pedagang sukses, juga para alumni IPTN yang sekarang bekerja untuk pembuatan pesawat terbang di Eropa. Dari sini bisa disadari bahwa manusia Indonesia punya daya saing dengan bangsa Barat, dan kita juga bisa melihat beratnya tantangan para perantau tersebut untuk menjaga keutuhan dien yang mereka peluk, sebagaimana hadist nabi

يأتي على الناس زمان الصابر فيهم على دينه كالقابض على الجمر

“Akan datang suatu zaman kepada manusia, seseorang yang sabar di atas diennya, seperti orang yang memegang bara api” -HR Tirmizi-

Bertemu Orang Hebat

 

“Berpetualanglah maka kau akan bertemu orang pengganti dari orang yang kau tinggalkan.” Pepatah arab yang saya kira si penulis merasakan betul arti tersebut, dalam perjalanannya di Inggris beliau bertemu Prof Salim TS Al-Hassani yang terkenal dengan bukunya, 1001 Inventions: Muslim Heritage In Our World, DR.Adian juga sempat melihat pameran sains Islam yang bertajuk”1001 Penemuan, Temukan Warisan Muslim Di Dunia kita, Mengungkap 1000 tahun Sains dan Teknologi”, setelah melihat pameran tersebut, sampai DR.Adian mengharap agar pameran ini bisa diadakan di Indonesia yang mayoritasnya adalah muslim.

Selain itu beliau bertemu dengan DR.SE. Aldjazairi. Sejarawan yang tertarik dengan sejarah Islam, dan mengharap adanya kerjasama dan tindak lanjut dari pembicaraan mereka di perpustakaan sejarawan tersebut, tidak dilupakan pula selama perjalanannya di Inggris DR.Adian biasa ditemani oleh para mahasiswa Indonesia S-3 dari berbagai macam bidang yang tentu beliau mempunyai kesan tersendiri.

 

Pengajian Dan Pertanyaan

 

Selama dalam perjalanan DR Adian hampir selalu menyempatkan untuk memberi pengajian bersama komunitas Muslim Indonesia yang berada disana, dalam pengajiannya beliau “berduet” dengan teman seperjalananya yaitu DR.Fahmi Zarkasyi, dengan berbagai macam tema yang relevan dengan keadaan para pendengar, salah satu yang tema pengajian yang menarik adalah pentingnya seorang muslim akan adanya Hari perhitungan (yaumul hisab), seorang muslim tidak akan haus jabatan, karena jabatan itu nantinya akan ditanya di akhirat kelak, Seorang istri akan menyuruh suaminya berpoligami, karena akan meringankan hitungan hari tanggung jawab sang istri dalam merawat suami, begitu juga sebaliknya sang suami akan berpikir ulang untuk poligami, karena itu akan menambah tanggung jawab dan beban di Akhirat.

Dalam sesi pertanyaan banyak pertanyaan yang amat berkualitas, mungkin dikarenakan para hadirinnya adalah orang berpendidikan, salah satu yang menarik dari pertanyaan para hadirin adalah masalah demokrasi , beliau menjawab panjang lebar masalah ini, mulai dari perbedaan antara demokrasi dan Syura, pembahasan ulama terdahulu dalam masalah ini, perjuangan sebagian ulama dalam “mengIslamkan” demokrasi, menghomati ijtihad dan berhati-hati dalam mengkafirkan seseorang.

Yang Menarik Dari Catatan Perjalanan Ini

 

Sang penulis berusaha selalu menampilkan bagaimana Islam memandang dunia ini, mulai dari lebih memilih tidak solat di bandara walaupun disediakan tempat beribadah bersama untuk seluruh agama, selalu menyebutkan “Alhamdulillah” ketika bisa tidur pulas karena tidur adalah nikmat, berusaha menyelipkan pembahasan serius masalah Akidah, Theologi, Bahaya Liberal, juga kerapuhan pemikiran selain Islam, dan masih banyak lagi sampai kadang membuat kita berkata dalam hati “oh iya juga yah, harusnya beginilah sikap muslim”.

            walhasil buku ini cukup menarik untuk dibaca, bukan hanya sekedar catatan perjalanan biasa tapi insya Allah membuat anda semakin bersyukur bahwa anda memeluk dien Islam, nampaknya buku ini juga perlu dibaca bagi mereka yang sekedar ingin tahu sekilas keadaan Inggris.

[1] sebuah perjalanan

[2] matahari di tengah malam

Posted on Januari 20, 2016, in agak islami, mungkin motivasi, resensi buku and tagged . Bookmark the permalink. Tinggalkan komentar.

Tinggalkan komentar